Mohon tunggu...
Muhammad Syafii
Muhammad Syafii Mohon Tunggu... Lainnya - Identitas asli

Suka menulis sesuatu yang menarik minat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tahun 2020 Waktu Yang Tepat Beli Saham Perbankan

13 April 2020   23:04 Diperbarui: 14 April 2020   08:10 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah tulisan pertama saya di kompasiana, sebagai langkah awal saya ingin menulis tentang peluang investasi saham di tengah kondisi yang tidak baik. Saat ini Indonesia dan semua negara di seluruh dunia berperang melawan Virus COVID-19 yang dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat, perekonomian negara, pertumbuhan ekonomi global, dan masih banyak lagi.

Memang kurang etis menulis sebuah "peluang" ditengah kondisi seperti sekarang ini, namun karena ini merupakan peluang yang hanya terjadi 20 tahun sekali bahkan mungkin sangat jarang terjadi yang bisa dimanfaatkan untuk masa depan finansial kita dan keluarga kita.

Sebelumnya saya mengajak untuk para pembaca berdoa bersama-sama agar Indonesia khususnya dan seluruh dunia dapat segera menangani wabah COVID-19 serta kita dan keluarga selalu dalam lindungan dan inayah Allah SWT. Amin...

Kita lanjut, dalam kondisi sekarang IHSG mengalami penurunan paling tajam dan paling curam dalam 20 tahun terakhir, bahkan tingkat penurunannya lebih berat dibandingkan dengan tahun 2008 yang merupakan kondisi krisis keuangan global. Berikut ini saya tunjukkan grafik perbedaan penurunan IHSG tahun 2020 dan 2008, sumber saya ambil dari situs www.investing.com

Lingkaran berwarna merah adalah kondisi IHSG tahun 2008 dan warna kuning adalah tahun 2020. Secara singkat saya yakin anda akan melihat perbedaan penurunan antara keduanya, dimana pada tahun 2008 meski kondisi perekonomian dunia begitu gawat hingga mengakibatkan beberapa negara maju mengalami default (gagal bayar) namun penurunan IHSG masih diwarnai perlawanan seperti kenaikan minor dalam beberapa waktu sehingga penurunan IHSG tidak langsung turun bagaikan buah apel jatuh dari pohonnya.

Berbeda halnya dengan lingkaran warna kuning, dimana IHSG terlihat jatuh dengan begitu lancar (seperti anak kecil main prosotan) tidak ada kenaikan-kenaikan minor yang mewarnai sehingga begitu curam. Namun ada satu hal yang berbeda, tahun ini BEI begitu sigap dalam mengambil keputusan untuk mengamankan pasar  modal dari larinya dana keluar pasar, seperti menentukan ARB maksimal 7% untuk setiap saham, pemberlakuakn trading Halt jika IHSG menyentuh penurunan -5%, pembatasan jam perdagangan, hingga dorongan kepada emiten untuk melakukan Buyback saham. Langkah-langkah preventif tersebut memang mampu membuat IHSG saat ini bergerak dalam range sideways dan berpotensi menguji level 5000 kembali, namun persoalan riil di lapangan belumlah usai, sehingga potensi IHSG untuk turun atau sideways masih terbuka lebar.

Tak pelak  kondisi ini membuat beberapa saham perbankan seperti saham perbankan mengalami penurunan yang tajam seperti Bank BCA, Mandiri, BRI dan lain sebagainya. Sehingga hal ini membuka peluang bagi investor untuk berbelanja saham Bluechip sektor perbankan yang selama ini dikenal overvalued atau mahal. Momen inilah yang setidaknya bisa kita manfaatkan sebagai investor di pasar saham, dengan membeli secara bertahap dan menyimpannya dalam jangka panjang.

Terlebih saat ini perekonomian juga terdampak dengan adanya pemberlakuan Work From Home, belum lagi kebijakan PSBB yang membatasi ruang gerak kita untuk mencari penghidupan. Sehingga perlu kita pikirkan juga untuk me-recover keuangan kita agar nantinya setelah semua ini berlalu bisa bangkit kembali ke dalam kondisi yang lebih baik. Salah satu caranya adalah dengan berinvestasi pada saham perbankan.

Saham perbankan dikenal sebagai saham dengan kapitalisasi paling besar dan menjadi pendorong utama bursa, seperti saham BBCA, BBRI, BBNI, BMRI. Saham-saham tersebut juga menjadi incaran para Fund Manajer atau MI beberapa aset manajemen baik lokal maupun asing untuk disimpan dalam jangka waktu lama (umumnya diatas 1 tahun). Lalu mengapa pilihannya saham perbankan? Kita urai satu-persatu

  1. Saham perbankan dikenal sebagai saham leading indeks yakni saham yang paling banyak mempengaruhi pergerakan IHSG, sehingga ketika IHSG dalam kondisi Uptrend atau naik maka otomatis saham-saham perbankan naik juga
  2. Sektor perbankan menjadi yang pertama uptrend saat IHSG mengalami recover
  3. Memiliki market kapitalisasi yang besar sehingga tidak dapat di atur pergerakan harganya oleh segelintir orang atau kelompok
  4. Pertumbuhan bisnisnya cukup stabil, bahkan BBCA adalah saham perbankan dengan pertumbuhan paling stabil, sedangkan BBRI merupakan saham perbankan dengan aset paling besar di Indonesia
  5. Rutin membagikan dividen
  6. Pertumbuhan harga sahamnya selalu mengungguli kinerja IHSG dalam 5 tahun terakhir, berikut saya sertakan chart pergerakan harga saham : IHSG, BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, dan BDMN
    Sumber : www.investing.com
    Sumber : www.investing.com
  7. Perhatikan garis biru tebal itu adalah pergerakan IHSG dan lainnya adalah pergerakan harga saham bank yang saya sebutkan sebelumnya. Pada pergerakan saham sebelum terjadinya market crash, kinerja harga saham perbankan selalu diatas IHSG terutama saham BBCA dan BBRI. Hal ini dipengaruhi oleh fundamental masing-masing emiten, sehingga dalam jangka panjang jelas mereka lebih baik.
  8. Secara valuasi kelima saham ini tergolong murah. Cara memvaluasi sebuah saham sangat banyak metodenya, namun demi kemudahan dan kepraktisan saya menggunakan valuasi PER (Price Earning Ratio) yang juga sangat banyak dipahami oleh kalangan investor maupun trader. Berdasarkan data pada saat artikel ini saya tulis, PER masing-masing emiten tercatat sebesar BBCA (23,73x), BBRI (9,93x), BMRI (7,59x), BBNI (4,84x), dan BDMN (5,37x).
  9. Dari sisi valuasi hanya BBCA yang memiliki PER paling tinggi, hal ini bukan berarti BBCA masih overvalued, namun BBCA ini adalah saham Growth yang tidak bisa dinilai berdasarkan pada besar kecilnya PER saja, karena untuk kasus saham Growth semakin tinggi PER berarti semakin tinggi ekspektasi investor pada masa depan perusahaan tersebut, tapi bukan berarti tidak ada resiko didalamnya.

Catatan : 

  • BBCA : Kode saham Bank BCA
  • BBRI : Kode saham Bank BRI
  • BMRI : Kode saham Bank Mandiri
  • BBNI : Kode saham Bank BNI
  • BDMN : Kode saham Bank Danamon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun