Mohon tunggu...
Maarif SN
Maarif SN Mohon Tunggu... Guru - Setia Mendidik Generasi Bangsa

Membaca untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma

THR, Bukan "Angpau", Apalagi Salam Tempel

12 Juni 2018   20:48 Diperbarui: 12 Juni 2018   20:43 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Negara Mawa Tata, Desa Mawa Cara, sebuah unen-unen dalam Bahasa Jawa yang disebut juga peribahasa dalam Bahasa Indonesia, mengandung makna harfiah bahwa Negara dan Desa meimilki aturannya sendiri-sendiri, namun namun jika digali lebih dalam, jelas ada perbedaan makna tersurat dan tersirat yang sangat dalam.

Ada peribahasa lain yang yang sangat kita kenal untuk menunjukkan bahwa pada hakekatnya kita memiliki perbedaan dalam menuju hakekat yang lain, "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya". 

Maksud peribahasa itu kurang lebih, bahwa kita sebagai manusia memiliki cara yang berbeda-beda untuk menggapai tujuan kita, tergantung di mana kita hidup dan bagaimana cara masyarakat di sekitar kita menempuh jalan hidup. 

Setiap masyarakat di suatu tempat memiliki cara sendiri-sendiri untuk mencapai keharmonisan. Sebagaimana dalam peribahasa Jawa  di atas, dapat dimaknai bahwa antara pemerintahan di tingkat negara dan di tingkat desa ada perbedaan sistem, tatanan, aturan. Sistem yang satu tidak dapat diterapkan dalam sistem yang lain.

Setali tiga uang dengan kehidupan sosial keagamaan, dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Imlek dan hari-hari raya yang lain, masing-masing masyarakat memiliki istilah sendiri untuk menyebut suatu pemberian dari satu pihak pada pihak yang lain. 

Penggunaan istilah tersebut pastinya  disesuaikan dengan konteks peristiwa hari raya apa yang sedang berlangsung, jika berkaitan dengan peristiwa hari raya yang sedang diperingati oleh orang Tionghoa, pemberian tersebut bernama atau diistilahkan dengan Angpau, Jika berkaitan dengan hari Natal biasanya disebut Kado Natal atau Hadiah Natal. 

Demikian yang lazim di Indonesia,  kurang tahu jika di negara lain, mungkin kalau di China pemberian itu bisa saja bernama Angpau meskipun pemberiannya berkaitan dengan Hari Natal, karena arti kata Angpau mungkin bermakna sama dengan hadiah. 

Di Indonesia tentu saja tidak pas atau tidak umum jika saat lebaran menyebut pemberian oleh orang yang beragama Islam kepada orang Islam yang lain dengan Angpau, karena secara definitif ada perbedaan pengertian meskipun secara sekilas maknanya sama. 

Pengistilahan proses sosial itu pastinya berdasar pada pemaknaan secara definitif sesuai tuntunan masing-masing agama, di mana masing-masing sudah memilikinya dalam bentuk kitab suci, jadi secara logis tidak perlu agama yang satu meminjam istilah dengan dasar agama lain. Beda permasalahan ketika penyebutannya hanya sekedar mengalih bahasakan proses memberi dan menerima tanpa memperhatikan "isi" dari proses tersebut. 

Misalnya memberi sesuatu dalam bentuk parcel, bingkisan, kado meskipun berkaitan dengan hari raya tetapi alasan pemberiannya buka untuk ibadah, hanya sekedar berbuat baik pada pihak lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun