Mohon tunggu...
Maarif SN
Maarif SN Mohon Tunggu... Guru - Setia Mendidik Generasi Bangsa

Membaca untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Espeje dan Revolusi Mental

1 Januari 2016   00:51 Diperbarui: 3 Januari 2016   07:13 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Relativitas kebenaran inilah yang menjadikan validitas data diperdebatkan. Kebenaran menurut undang-undang belum tentu benar menurut norma di masyarakat, terlebih jika norma yang dianut sudah mengalami penyimpangan, dan menjadi kian parah manakala deviasinya sudah memasuki taraf permanen. Undang-undang yang merunut pada kitab sucipun seringkali masih belum bisa dianggap benar karena keberagaman kitab suci yang digunakan. Dari situasi seperti inilah muncul adagium dalam dunia per-espeje-an, "jika sesuai dengan fakta justru malah jadi tidak benar" dan ini sudah menjadi rahasia umum. 

Rahasia umum, rahasia yang sifatnya sudah umum, atau umum harus merahasiakan ? atau merahasiakan hal yang umum ?

mbuh ahh... kita lanjtukan saja pada point of interest bahasan

Revolusi mental

Berangkat dari pengertian revolusi mental..eh rahasia umum itu, entah apa definisinya yang tepat, karena saya lagi kurang suka mencari data empiris dalam menulis, wong saya sedang mencari hiburan sekaligus beropini, bukan untuk bener-beneran data dan fakta, maka saya anggap semua sudah paham arti dan maknanya.

Oke, semua orang sudah paham bahwa dalam penyusunan espeje pasti ada sesuatu yang tidak perlu disampaikan pada khalayak. Sekalipun azas tranparansi sudah menjadi bagian dari kampanye kejujuran dan anti korupsi, tak serta merta menghilangkan eksistensi rahasia umum ini. Ia selalu punya tempat di hati masyarakat, mereka sukarela memberi ruang tersendiri dalam setiap perbincangan, ruang yang disepakati untuk tetap tertutup sekalipun semua orang sudah tahu dan mengerti apa isinya, hanya jumlah dan kualitasnya saja yang masih benar-benar menjadi rahasia. 

Mengapa begitu ? jawabnya kembali pada liku-liku espeje di awal tulisan. Atau jawaban singkatnya adalah agar tujuan utama penyusunan espeje tercapai dan masih mendapatkan tujuan sampingan dalam keadaan selamat sentausa tak kekurangan dana syukur-syukur bergelimang sisa espeje. 

jelas ?

Ya, inilah yang perlu direvolusi mental, kebocoran anggaran itu sebagian besar ada pada sektor espeje ini, di segala bidang di segala instansi. terkecuali di instansi yang dipimpin langsung oleh Ridwan Kamil, saya baca di sebuah media bahwa di sana espeje ya apa adanya, tidak ada biaya-biaya siluman yang sudah lazim dan menjadi rahasia umum, besarannya bisa sampai dua kali lipat nilai anggaran sebenarnya.

Meski kang Emil gak gembar-gembor revolusi mental tapi ternyata malah pegawainya sudah berubah lebih dulu dibanding mereka yang koar-koar kesana kemari, konon karena arahan Kang Emil itu. (semoga saja atasanku bukan bagian dari yang disebut belakangan di kalimat ini)

Sebenarnya mudah saja menghilangkan kebocoran anggaran ini, cukup dengan perbolehkan saja biaya-biaya yang memang keluar oleh karena si penyelenggara kegiatan melakukan kegiatan yang ada hubungannya dan membutuhkan biaya. besarannya disesuaikan dengan kewajaran, jika untuk ke suatu tempat yang jaraknya 1-2 km dan harus naik motor ya bensin 1 liter cukup....harap dimaklumi, penanggung jawab jangan terlalu kaku dan pelaksana jangan terlalu serakah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun