Pada tanggal 3 Desember, bantaran beberapa sungai yang berhulu di Merapi mengalami banjir lahar dingin. Banjir yang terjadi di bantaran sungai Code, bukan hanya berpengaruh pada wilayah-wilayah pada radius 20 kilometer dari lereng Merapi namun mengenai wilayah-wilayah di wilayah Jogjakarta kota dan wilayah-wilayah Jogjakarta Selatan dan wilayah Bantul. Selain merendam rumah-rumah di ledok sungai Code, juga merusak persawahan di wilayah Bantul.
Di wilayah jembatan UGM, banjir lahar tidak begitu melupa sampai ke rumah penduduk, karena ketinggian rumah penduduk berada di atas sungai. Namun, endapan lahar dari banjir selama hampir satu minggu menjadi setinggi minimal lebih tinggi satu meter dari sebelumnya. Namun, di wilayah selatan jembatan tersebut, yaitu di wilayah Jetis, air merendam pemukiman penduduk karena kenaikan debit air serta endapan lumpur yang semakin tinggi.
Di wilayah utara jembatan Sayidan, terjadi kenaikan debit dan kenaikan endapan lumpur sehingga mengancam wilayah kanan-kiri sungai. Penduduk terlihat sedang berjaga-jaga dibelakang "barikade" yang dibuat dari karung pasir.
Di wilayah selatan, yaitu wilayah Sewon, air dan pasir menggenangi sawah warga. Nampaknya, para petani Bantul layak untuk mengkhawatirkan persawahannya karena air irigasi yang digunakan untuk persawahan banyak yang berasal dari sungai yang berhulu di Merapi.