Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Inilah 4 Keunikan Wisata Ngawonggo yang Viral di Malang

21 Februari 2021   18:28 Diperbarui: 21 Februari 2021   18:50 7375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Gerbang Tomboan Ngawonggo (13/02/2021) | Dok. Pribadi

Begitu saya memasuki pintu gerbangnya, terasa suasana kerajaan kuno. Udaranya masih asri dan berasa sejuk. Ia seolah-olah sengaja hadir menyambut kedatangan kami. Hadir menyabut tamu dan berbagi oksigen alami dari sela-sela pepohonan bambu apus, petung, dan wulung.

Kondisi tanahnya berkontur mirip terasering. Tanah berundak seperti ini dimanfaatkan untuk lokasi gubuk, joglo, dan tempat singgah terbuka. Tersedia sejak masuk pintu gerbang utama hingga dekat jembatan bambu menuju situs Petirtaan Ngawonggo.

Gubuk atau joglo di dalam area Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Gubuk atau joglo di dalam area Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Saya perkirakan, seluruh tempat singgah itu berjumlah 10-15 buah. Tiap tempat singgah, memuat sekitar 6-10 orang. Dalam kondisi normal, cukup untuk 150-200 pengunjung.

Karena itu dapat dipahami, mengapa Mas Yasin berpesan agar para pengunjung melakukan reservasi dahulu sebelum berkunjung ke Tomboan  Ngawonggo. Jika tidak, maka konsekwensinya pengunjung harus rela menerima menu seadanya.

2. Keunikan Produk Kuliner Tomboan Ngawonggo

Tomboan dalam bahasa Jawa berarti "obat-obatan" atau "ihwal kesehatan". Dalam konteks ini adalah makanan dan minuman herbal berbahan alami yang bermanfaat sebagai tombo atau kesehatan. Saya merasakan nikmatnya minum wedang uwuh, teh rosella, dan temu guyon di tempat ini. Untuk yang disebut terakhir, Temu Guyon, merupakan minuman segar sejenis temu lawak. Terasa bukan jamu, tapi minuman segar. Bikin kangen

Di tempat ini pula, saya bersama Bolang berkesempatan berdiskusi sembari mencicipi penganan lemet, iwel-iwel, ongol-ongol, ketan, dan gethuk bertabur kelapa dan gula merah. Menunya serba non-hewani. Semuanya ludes, kwekk kwekk

Ngobrol sembari menikmati kuliner Ngawonggo|Dok. Pribadi
Ngobrol sembari menikmati kuliner Ngawonggo|Dok. Pribadi
Suasana di area Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Suasana di area Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Menu makan di Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Menu makan di Tomboan Ngawonggo|Dok. Pribadi
Kami juga mendapat suguhan nasi putih dan varian nasi jagung, lengkap dengan sayur lodeh, mendol, tempe, bothok, dan sambel. Tapi sambelnya tanpa terasi. Karena Tomboan Ngawonggo sengaja menyuguhkan menu tanpa mengandung unsur daging atau produk turunan hewani.

Keunikan lainnya ada pada bungkus makananannya. Selain mudah didaur ulang, bungkusnya diformat unik sesuai tradisi masyarakat Jawa.

Penganan apem misalnya, dibungkus daun jati dalam bentuk conthong. Sementara ongol-ongol, ditusuk seperti sate. Sedangkan lepet, dibungkus dengan janur dengan cara dililitkan pada tubuhnya. Penasaran?

Bagaimana dengan iwel-iwel?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun