Kata-kata ini terbukti. Rikako Ikee, atlit renang Jepang ini memborong enam medali emas plus dua perak. Dapat emas satu saja sulitnya bukan main, dia justru berhasil memborongnya di Asian Games, seperti telah diwartakan AntaraNews-INASGOC (24/8/2018). Apa kata-kata dia? Ikee "Benci Kegagalan".
Sementara ini, dialah satu-satunya peraih emas terbanyak Asian Games 2018. Rasa-rasanya sulit tertandingi hingga event Asian Games berakhir nanti pada 2 September 2018.
Cewek Jepang berusia 18 tahun itu punya tubuh ideal. Tinggi badannya 170 cm. Berat badannya 57 kg. Tapi... ssst, bukan itu keistimewaannya!
Makna Dibalik "Benci Kegagalan"
Saya terkesan dengan kata-katanya, Ikee "benci kegagalan". Kata-kata itu saya ketahui dari pewarta AntaraNews di laman resmi INASGOC, Asian Games 2018 yang disupport APP Sinarmas. Apa maknanya?
Kata "benci" berarti "sangat tidak suka". Sedangkan "kegagalan" berasal dari kata "gagal", artinya "tidak berhasil" (tidak tercapai). Misalnya, keinginan Garuda Muda U-23 melaju ke babak perempat final di Asian Games 2018 tidak tercapai. Begitu pengertian "gagal" menurut Kamus Bahasa Indonesia (KKBI) versi online.
Dalam bahasa Arab ada kata "labudda" (tidak boleh tidak), kata lain untuk menegaskan pengertian wajib (harus). Ikee seolah mendeklarasikan dirinya "aku wajib juara" dengan cara menegasikan kegagalan.
Contoh lain adalah kalimat syahadat tauhid,"Laa ilaaha illallah" yang artinya, "Tiada ada Tuhan selain Allah". Maknanya berisi kesaksian keberadaan Allah sebagai satu-satunya dzat yang wajib disembah, bukan selainNya. Kalimat ini menggunakan pernyataan negasi untuk menegaskan keberadaanNya.
Kita kembali ke kata-kata Ikee. Dia menggunakan kata "benci" dan "gagal". Maknanya, dia hendak menegasikan kegagalan dengan tekad sangat kuat. Berbeda rasanya, jika Ikee hanya menyatakan, "Aku wajib juara", "Aku harus menang", atau "Aku mesti berprestasi".
Apa Saja Prestasi Ikee?
Mengacu pada sumber ini, selain Ikee memborong medali seperti disebutkan di atas, Ikee mencetak rekor baru di ajang Asian Games yang berlangsung di Stadion Akuatik GBK, Jakarta.
Rekor lama dipegang Chen Xinyi (China) di Asian Games Incheon (2014) dengan rekor waktu 24,87 detik. Sedangkan rekor waktu Ikee adalah 24,54 detik, lebih cepat 33 detik dari pada pesaingnya. Pemecahan rekor ini terjadi pada nomor 50 meter gaya bebas.
Tak hanya itu, Ikee menciptakan rekor dunia baru. Di renang nomor 50 gaya punggung putri, catatan waktunya 26,98 detik, melampaui atlit unggulan China, Liu Xiang.
Saat ini, Jepang berada di urutan ke-2 (34 medali emas). Perangkat teratas masih diduduki China (72 medali emas). Sementara Indonesia (INA) mengoleksi 10 emas, berada di urutan ke-5 (Minggu pagi, 26/8/2018).
Rikako Ikee Berselimutkan n-Ach
David C. McCLelland pernah melakukan penelitian yang dituangkan dalam bukunya "The Achieving Society" (1967).
McClelland berhipotesis bahwa tiap diri punya potential energy. Energi potensial ini dapat dikonversi menjadi kekuatan hebat tergantung pada dorongan diri, kesempatan dan situasi yang ada.
Untuk mengetahui motif dasar manusia, McClelland memusatkan perhatiannya pada kebutuhan dan mengidentifikasikannya ke dalam tiga jenis motivasi, salah satunya adalah kebutuhan akan prestasi atau Need for Echievement (n-Ach).
Mereka yang ingin menang lewat kompetisi yang sehat, pertanda mereka memiliki n-Ach tinggi, bukan pecundang!
Dalam konteks ini, Ikee dapat digolongkan sebagai individu yang memiliki n-Ach sangat tinggi. Bangsa yang masyarakatnya punya n-Ach tinggi, berpotensi cepat maju. Tiap individu berusaha mengoptimalkan potensinya dengan memanfaatkan peluang dan sumberdaya yang ada.
Saya cukup terinspirasi olehnya. Siapa tahu suatu saat Ikee mau menjadi pelatih renang di Indonesia. Sembari melatih, sekalian aja melakukan aksi kelestarian lingkungan yang menjadi salah satu komitmen APP Sinarmas.
Berharap suatu saat lahir sosok-sosok berprestasi di negeri ini seperti Ikee, bahkan melebihinya. Kok jadi gini… hehe :)
Mungkin saya terinspirasi dengan makna dibalik katanya-katanya yang bernilai, “benci kekalahan”! Hai, Arigatō gozaimasu. Un, sansei desu :)
Bagaimana pembaca memaknai “benci kegagalan”?