Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waste4Change: Cara Bijak Olah Sampah Dibalik TPA Bantargebang

20 Februari 2016   13:15 Diperbarui: 20 Februari 2016   13:53 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya penasaran, lalu bertanya mengapa hanya dua minggu sekali menggilingnya? Dia menjawab: “oh… proses mulai dari pengumpulan, mensortir, hingga siap digiling dan dijual itu prosesnya panjang dan kompleks...”. Secara ringkas, proses itu dapat dikemukakan sebagai berikut.

Pengumpulan Sampah (Collecting)

Menurut Kang Denny, sebelum proses pengumpulan, perlu melakukan edukasi sampah kepada masyarakat. Mereka kami ajak bekerjasama untuk memasukkan sampah sesuai dengan peruntukannya. Kami juga bekerja sama dengan DKP (Dinas Kebersihan Kota). Waste4Change yang mengambil sampahnya dari tiap RT/RW, kemudian mengelolanya lebih lanjut.

Beayanya dari mana? Menurut Kang Denny, iuran sampah sebesar Rp 6.000 per KK diambil alih dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) oleh Wate4Change. Uang sejumlah itu relatif kecil dibandingkan dengan keseluruhan beaya operasional. DKP setuju. Toh jika yang mengambil Waste4Change, frekwensi tingkat pengambilannya lebih sering, sehingga meringankan beban DKP. Kalaupun masih harus mengangkut sampah, DKP cukup sekali dalam seminggu, selebihnya adalah tugas Waste4Change.

Untuk itu, Wate4Change menyiapkan tiga warna kantong sampah yang berbeda, terbuat dari bahan kain, bukan bak plastik agar lebih mudah dan aman. Kantong warna hijau untuk sampah organik yang sudah membusuk; warna biru untuk sampah kertas, dan warna oranye untuk sampah jenis kaca, logam dan plastik, demikian seperti Kang Denny jelaskan.

[caption caption="Model Tiga Kantong Sampah Ala Waste4Change/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Saat itu, saya sempat menyaksikan sebuah mobil pickup dengan dua petugasnya baru saja menurunkan kumpulan kantong berisi penuh sampah di area dropping. Setelah diturunkan, para petugas itu langsung balik lagi untuk mengambil sampah di tempat berbeda. Nah, setelah diturunkan di area dropping, sampah dipilah-pilah di area pemilahan (ruang shortir), selanjutnya sampah sejenis dikemas dalam karung, kemudian dibawa ke area pencacah, digiling dengan mesin crusher.

[caption caption="Tumpukan Sampah Diturunkan di Area Dropping/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Pemilahan Sampah (Shortir)

Menurut penjelasan Bang Saut, meskipun sudah dipilah-pilah ke dalam tiga kantong dengan warna berbeda, ternyata ketika dipilah lagi akan menghasilkan 25 jenis sampah yang berbeda. Dari 25 jenis sampah itu, setelah dipilah lagi akan menghasilkan 35 jenis sampah. Dari 35 jenis sampah itu, hanya ada satu jenis sampah unorganik yang bisa digiling dengan mesin pencacah (crusher), yaitu sampah plastik jenis PET, misalnya botol air minum kemasan. Botol air minum ini pun banyak variannya. Belum lagi harus dipisahkan botol plastik dari pembungkusnya, tutup botolnya, lalu dikumpulkan produk sejenis yang warnanya sama.

[caption caption="Area Pemilahan (Shorting) di Waste4Change/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Sampah Sejenis Dikumpulkan Dalam Karung yang Sama/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Botol-botol plastik itu masih dipilah-pilah lagi, hingga menghasilkan barang sejenis/Dok. Pribadi"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun