"Tenang sayang, lupakan sejenak pekerjaan itu. Lebih baik kita nikmati malam ini bersama." bisik Ida Bagus mesra. Ni Luh pasrah.
Ni Luh terpaksa menuruti keinginan Ida Bagus malam itu. Namun sejujurnya, di hati kecilnya ia muak. Muak dengan janji manis yang diucapkan oleh Ida Bagus Kardana. Ia merasa dokter bedah itu hanya memanfaatkan dirinya sebagai tempat pelampiasan nafsu semata.
***
Sore itu, Ni Luh memberanikan diri untuk jalan-jalan meninggalkan apartemennya. Ketika menunggu taksi pesanannya datang, Ni Luh berpapasan dengan Rudi yang kebetulan sedang menunggu taksi juga.
"Sudah lama tinggal disini?"
"Baru satu bulan."
Perbincangan hangat itu terjadi cukup cepat. Kecantikan Ni Luh telah memikat hati Rudi. Keduanya lalu saling menukar nomor ponsel.
"Taksi pesananku sudah datang. Aku duluan ya?" ucap Ni Luh.
***
Wayan tidak mau gegabah. Ia harus memastikan benar bahwa botol tupperware yang ia bawa adalah benar-benar milik adiknya. Sore itu sepulang dari Badung, ia bertolak menuju Rumah Sakit Sanglah. Akhirnya ia mendapatkan informasi yang sangat penting. Bahwa botol tupperware di tangannya adalah milik Ayu. I Putu Arsa juga memberitahu dirinya bahwa Ni Luh sekarang berada di Jakarta.
Wayan nekat berangkat meski ia tahu di sana akan ada resiko yang harus ia hadapi. Virus korona. Tiket pesawat telah ia kantongi. Siang itu juga ia berangkat ke Jakarta dengan persiapan seadanya. Setiba di sana, Wayan memesan taksi untuk menuju penginapan yang sebelumnya telah ia pesan secara online. Malam harinya, Wayan menyusun rencananya di kamar penginapan tak jauh dari apartemen Ni Luh berada.