"Jadi, apa benar dugaan saya?"
Si Balian diam mengamati isi botol. Mulutnya bergerak-gerak mengucapkan mantra.
"Kau benar. Air dalam botol ini bukan air biasa. Air didalamnya telah bercampur dengan air mayat. Dari warna dan baunya, aku bisa memperkirakan bahwa pelaku mencampurnya empat minggu yang lalu. Aku yakin si korban pastilah sudah meninggal saat ini."
"Siapa pelakunya? Kau bisa membantuku?" ucap Wayan kepada Balian Badung itu.
"Namanya Ni Luh." ucap si Balian singkat.
***
Tinggal di apartemen milik Ida Bagus Kardana membuat Ni Luh bosan. Tidak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan di sana. Ia terpaksa menerima ajakan untuk tinggal di Jakarta karena pekerjaannya sebagai petugas kamar mayat membuatnya ingin muntah. Aroma mayat yang membusuk, aroma darah yang berceceran saat mayat diotopsi serta aroma desinfektan membuatnya ingin segera pindah dari rumah sakit itu dan ingin cepat mendapatkan pekerjaan yang baru. Tapi nyatanya hingga hari ini pekerjaan yang telah dijanjikan oleh kekasih gelapnya itu tidak kunjung terwujud.
"Mana janjimu mas? Kau bilang akan memberiku pekerjaan?"
"Iya, sabar dulu. Aku segera mencarikan pekerjaan yang cocok untukmu." teriak Ida Bagus dari dalam kamar mandi.
"Malam ini kau pulang larut sekali mas? Sepertinya kau lebih mementingkan pasienmu daripada aku."
Ida Bagus telah selesai mandi. Ia lalu mendekati dan memeluk Ni Luh.