Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembunuhan di Balik Tirai

25 April 2020   19:01 Diperbarui: 25 April 2020   19:03 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : bali.tribunnews.com

"Jadi, apa benar dugaan saya?"

Si Balian diam mengamati isi botol. Mulutnya bergerak-gerak mengucapkan mantra.

"Kau benar. Air dalam botol ini bukan air biasa. Air didalamnya telah bercampur dengan air mayat. Dari warna dan baunya, aku bisa memperkirakan bahwa pelaku mencampurnya empat minggu yang lalu. Aku yakin si korban pastilah sudah meninggal saat ini."

"Siapa pelakunya? Kau bisa membantuku?" ucap Wayan kepada Balian Badung itu.

"Namanya Ni Luh." ucap si Balian singkat.

***

Tinggal di apartemen milik Ida Bagus Kardana membuat Ni Luh bosan. Tidak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan di sana. Ia terpaksa menerima ajakan untuk tinggal di Jakarta karena pekerjaannya sebagai petugas kamar mayat membuatnya ingin muntah. Aroma mayat yang membusuk, aroma darah yang berceceran saat mayat diotopsi serta aroma desinfektan membuatnya ingin segera pindah dari rumah sakit itu dan ingin cepat mendapatkan pekerjaan yang baru. Tapi nyatanya hingga hari ini pekerjaan yang telah dijanjikan oleh kekasih gelapnya itu tidak kunjung terwujud.

"Mana janjimu mas? Kau bilang akan memberiku pekerjaan?"

"Iya, sabar dulu. Aku segera mencarikan pekerjaan yang cocok untukmu." teriak Ida Bagus dari dalam kamar mandi.

"Malam ini kau pulang larut sekali mas? Sepertinya kau lebih mementingkan pasienmu daripada aku."

Ida Bagus telah selesai mandi. Ia lalu mendekati dan memeluk Ni Luh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun