Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembunuhan di Balik Tirai

25 April 2020   19:01 Diperbarui: 25 April 2020   19:03 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : bali.tribunnews.com

 Wayan menatap meja kerja Ayu. Ada sebuah pigura kecil di samping tumpukan buku. Matanya berkaca-kaca menatap pigura itu.

"Ayu..." ucap Wayan sambil meneteskan airmata.

Tidak banyak yang ia bawa. Ia tidak ingin terlalu larut dalam kenangan bersama sang adik. Hanya beberapa alat tulis dan dokumen penting milik Ayu, sebuah pigura kecil serta sebuah botol tupperware. Setelah memasukkan barang-barang itu kedalam kantung plastik, Wayan mencuci tangannya dengan cairan desinfektan yang tersedia di dalam ruangan itu.

***

Sejak kematian Anak Agung Ayu Maharani, cemoohan demi cemoohan makin menjadi. Ni Luh dituduh sebagai penyebabnya. Rekan kerja Ayu menuduh Ni Luh balas dendam kepada Ayu. Suasana makin runyam. Hampir semua pegawai di rumah sakit itu percaya akan kabar burung itu. Ni Luh tertekan. Ia ingin segera mencari pekerjaan lain. Info loker dong, butuh nih. Ni Luh memasang status whatsappnya. Gayung bersambut. Ponsel Ni Luh bergetar sore itu. Berteriak-teriak ingin segera diangkat.

"Kau butuh kerja?"

"Iya mas."

Tiga minggu kemudian Ni Luh sudah berada di Jakarta. Pesawat yang ditumpanginya mendarat mulus di bandara. Suasana bandara tidak semulus perjalanannya. Banyak protokol kesehatan yang harus ia lalui saat memasuki pintu utama bandara. Pemeriksaan suhu tubuh, rapid test corona hingga pemeriksaan surat keterangan sehat dari rumah sakit.

"Kamu dimana mas? Aku sudah tiba di Jakarta." tanya Ni Luh.

"Aku masih di kantor. Kamu dimana? Biar sopirku yang menjemputmu."

"Baiklah kalau begitu. Nanti aku kabari lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun