Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hyderabad

7 Juli 2019   18:35 Diperbarui: 7 Juli 2019   18:44 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : utsavpedia.com

Mughal, 1739

         Berita tentang naiknya pungutan pajak terdengar ke seluruh pelosok negeri. Rakyat melakukan protes besar-besaran. Mereka turun ke jalan untuk menolaknya. Penguasa tidak mau tahu. Mereka tetap bersikeras menjalankan sistem pungutan pajak tersebut. Tak terkecuali di Kota Hyderabad.

"Selamat Pangeran, keuangan pangeran kini mulai stabil kembali. Kita tidak akan kalah dengan para pejabat itu. Mereka tidak akan memandang sebelah mata terhadap Pangeran."

"Kau benar..." ucap Pangeran itu dengan senyum kemenangan di wajahnya.

***

Hyderabad, 1740

      Setahun telah berlalu. Waktu terasa berjalan cukup cepat. Usaha kerajinan mutiara keluarga Sagar mulai berkembang pesat. Sejak kenaikan pungutan pajak itu, pesanan demi pesanan mulai berdatangan dari para pejabat Kerajaan Mughal. Mereka memesan banyak mutiara untuk ornamen dinding dan atap masjid-masjid di Kerajaan Mughal. Dalam setahun terakhir, banyak pejabat Kerajaan Mughal hidup bermewah-mewahan. Mereka berlomba-lomba menunjukkan status kekayaan mereka dengan membangun masjid-masjid megah di Kota Mughal. Oleh sebab itu, banyak para pengrajin emas, perak dan mutiara dari Hyderabad yang makin sibuk melayani pesanan para pejabat  itu.

"Anakku, sebaiknya kau berhenti latihan menari. Bantulah ayahmu ini." ucap Hussain Sagar.

"Tapi Ayah, aku belum siap untuk menjalankan usaha keluarga kita. Aku masih ingin menari. Kelak aku ingin menjadi penari terhebat di kota ini. Terhebat dan tercantik." jawab Bahaar Begum polos sambil memeluk dan mencium kening ayahnya.

"Anak itu, kalau sudah kehendaknya memang sulit diatur." gumam Hussain sambil melihat putri semata wayangnya berlalu pergi. Setelah bayangan putrinya lenyap dibalik pintu, ia melanjutkan memoles mutiara putih di tangannya.

***

      Hampir setiap hari, Bahaar Begum berlatih menari di sebuah tempat tak jauh dari rumahnya. Berbeda dengan anak kecil pada umumnya, Bahaar Begum lebih suka menari daripada bermain. Seperti halnya sore itu ketika teman-temannya mengajaknya bermain bersama, ia lebih memilih memisahkan diri dan berdiri diluar sebuah jendela. Dari balik jendela itu, Bahaar Begum dengan kagumnya melihat para wanita cantik menari-nari. Gerakan mereka sangat lincah. Dengan berdiri diatas kedua kaki dengan gerakan berputar yang cepat, wanita-wanita itu telah menanamkan sebuah hasrat didalam hati Bahaar Beghum kecil.

"Aku harus bisa menjadi seperti mereka. Aku akan menjadi seorang penari Kathak." gumam Bahaar Begum dalam hati. Dan tanpa ia sadari, tubuhnya berputar mengikuti gerakan-gerakan para penari itu dari balik jendela.

      Dalam setahun, Bahaar Begum telah mampu menguasai gerakan tatkar dan chakkar. Gerakan-gerakan yang sering ia amati dibalik jendela sebuah bangunan. Yang kini di usianya yang mulai matang, ia akhirnya tahu bahwa bangunan itu adalah sebuah tempat pelacuran di Hyderabad.

***

      Waktu berlalu makin cepat, penderitaan rakyat semakin bertambah. Mereka menderita dan kelaparan. Perbudakan merajalela. Banyak orang miskin menjadi budak bagi orang kaya sekedar untuk mendapatkan makan. Demikian halnya orang kaya di Hyderabad, terutama para pedagang besar. Mereka mulai tercekik oleh tingginya pungutan pajak atas barang dagangan mereka. Persaingan diantara para pedagang semakin ketat.

"Anakku, usaha keluarga kita mulai di ambang kebangkrutan. Kau perlu tahu itu." ucap Hussain Sagar.

"Aku tahu ayah. Ayah tidak perlu khawatirkan itu. Aku akan membantu Ayah." jawab Bahaar Begum meyakinkan ayahnya.

      Sore itu matahari bersinar cukup cerah. Bahaar Begum berjalan menuju sebuah tempat yang sangat ia kenal sejak kecil. Sebuah tempat yang akan mewujudkan keinginannya kelak. Sari merah Bahaar Begum begitu indah melekat di tubuhnya yang ramping. Kerudung kuning dengan hiasan bunga-bunga merah menutupi kepalanya. Mutiara putih berkilauan diantara hiasan bunga-bunga itu. Sindur merah membelah belahan rambutnya yang hitam. Sangat kontras dengan sari yang ia pakai.

      Sepanjang perjalanan, banyak lelaki memandangnya takjub. Kecantikannya seolah telah membius mereka semua. Langkah kaki Bahaar Beghum akhirnya terhenti setelah tiba di Pradesh. Sebuah nama tempat pelacuran terkenal di Hyderabad. Tempat dimana ia sering melihat para wanita menari Kathak sewaktu ia kecil. Dan kini ia telah kembali. Bukan sebagai seorang gadis kecil yang dulu. Namun sebagai seorang gadis muda yang sangat cantik.

Bahaar Begum tahu resiko yang akan ia hadapi. Sekali ia melangkah masuk ke Pradesh, ia akan sulit untuk keluar. Sebagai tempat pelacuran yang cukup besar di Hyderabad, semua orang pasti akan mengenal semua penari-penari Kathak disana. Penari-penari penghibur para lelaki hidung belang.

      Bahaar Begum tidak peduli. Gemerincing gelang kakinya menandakan bulatnya tekad gadis itu untuk menjadi seorang penari Kathak. Suara gemerincing itu akhirnya berhenti berbunyi saat seorang wanita paruh baya yang cukup cantik berdiri dihadapannya.

"Akhirnya kau datang Bahaar Begum. Mataku tidak pernah bohong. Sorot mata kecilmu yang dulu selalu aku perhatikan dari balik jendelaku. Aku yakin kau akan kemari. Dan hari itu kini telah tiba. Semoga kau tidak menyesalinya." ucap wanita itu dalam suara pelan. Mereka kemudian masuk kedalam bersama-sama.

***

      Sementara itu di Kerajaan Mughal mulai ricuh. Banyak terjadi persekongkolan diantara para pejabat kerajaan. Mereka saling mencari muka di hadapan Raja Bahadur Syah II. Puncaknya adalah munculnya perang kecil antar kelompok yang dipicu oleh perebutan takhta kerajaan. Para pejabat yang licik mulai mendekati pangeran kerajaan. Mereka merencanakan siasat untuk menggulingkan pemerintahan Raja Bahadur Syah II.

      Rencana para pejabat licik itupun tercium oleh raja. Sehingga ia mulai memperkuat pengamanan. Merombak susunan pemerintahan dan mencopot para menteri yang dianggap korupsi dan membangkang. Raja Bahadur Syah II memerintahkan beberapa menterinya yang setia untuk berangkat menuju Hyderabad.

"Malam ini berangkatlah ke Hyderabad, umumkan kepada penduduk disana untuk menyerahkan anak-anak mereka yang masih kuat agar menjadi prajurit Kerajaan Mughal. Jika mereka membangkang bunuh saja." perintah raja.

"Baik Yang Mulia. Hamba mengerti." jawab Perdana Menteri itu.

      Akibat situasi politik yang memanas di Kerajaan Mughal, rakyat kecil terkena imbasnya. Kebijakan Raja Bahadur Syah II akhirnya secara resmi diterapkan di seluruh daerah yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Mughal.

      Perdana Menteri utusan raja akhirnya tiba di Hyderabad. Prajurit kerajaan dikerahkan untuk memeriksa seluruh rumah-rumah disana dan membawa lelaki yang bisa dijadikan sebagai prajurit kerajaan. Namun dibalik rencana itu, terselip akal licik sang Perdana Menteri. Ia menguras habis harta penduduk disana. Atas dalih perintah Raja Bahadur Syah II.

"Ambil barang-barang berharga yang kalian temui, jangan disisakan sedikitpun." ucap Perdana Menteri kepada bawahannya.

"Baik Tuan. Perintah akan kami laksanakan."

      Siang itu juga, prajurit menggeledah rumah-rumah di Hyderabad. Mereka memaksa para pemuda keluar rumah. Menyeretnya ke jalan dan menyiksa mereka dengan dalih untuk melihat seberapa kuat kemampuan fisik mereka. Beberapa rumah pedagang besar mereka jarah. Mereka mengambil harta benda milik para pedagang itu tanpa sisa. Meskipun para pedagang itu melawannya, kekuatan prajurit Kerajaan Mughal bukan tandingan mereka. Sehingga mereka memilih diam melihat rumah mereka dibakar habis oleh para prajurit itu.

      Melihat keberingasan prajurit Kerajaan Mughal, banyak wanita dan anak-anak yang memilih bunuh diri melompat kedalam rumah mereka. Kedalam nyala api yang amat besar daripada menjadi tawanan penguasa Kerajaan Mughal. Di sebuah rumah besar, dalam nyala api yang masih menyala-nyala terdengar rintihan lelaki memanggil nama seseorang.

                "Ba... haar Be... guum..." rintih lelaki tua itu.

      Malam hari setelah selesai menari Kathak untuk menghibur pejabat Kerajaan Mughal, Bahaar Begum pulang. Ia sangat kaget saat melihat rumah-rumah penduduk habis terbakar. Banyak mayat bergelimpangan di jalan. Wanita-wanita meratapi putranya. Anak kecil menangis di pangkuan ibunya. Sebuah perasaan tidak enak menyelimuti hati Bahaar Begum. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat. Sesekali ia berlari kecil. Perasaannya semakin kacau ketika sampai didepan rumahnya. Dari kejauhan ia melihat puing-puing rumahnya. Semuanya serba hitam.

                "Ayaaah..." teriak Bahaar Begum.

***

      Bahaar Begum kini tidak memiliki apapun. Usaha kerajinan mutiara milik ayahnya sudah habis. Tidak ada harta yang tersisa untuknya. Ayahnya telah mati. Mati terbakar bersama rumahnya dalam keadaan terikat di tiang rumah mereka. Ayah yang selalu menemaninya sejak kematian ibunya saat ia masih bayi kini telah tiada. Selain kecantikannya, ia tidak memiliki apapun lagi di dunia ini.

"Mulai sekarang aku akan tinggal disini. Semoga kau menerimaku." ucap Bahaar Begum dengan airmata berderai membasahi pipinya.

"Aku akan menjadikanmu penari Kathak yang dipuja-puja di Pradesh. Aku berjanji kepadamu." ucap wanita paruh baya itu sambil menghapus airmata Bahaar Begum.

      Ucapan wanita itu tidak main-main. Setiap pagi dan petang, ia mengajari Bahaar Begum menari Kathak. Teknik tarian Kathak yang ia ajarkan berbeda dengan apa yang dilihat oleh Bahaar Begum saat masih kecil. Namun berkat kepandaian dan kesabarannya, Bahaar Begum mampu menguasai teknik tarian Kathak itu.

      Kini hampir tiap malam Bahaar Begum menari Kathak untuk menghibur para tamu yang datang ke Pradesh. Dengan iringan musik tabla dan manjira, ia mulai menari. Gerakan kakinya begitu lincah. Beberapa penari yang mengiringi tariannya menari mengelilinginya. Membuat sebuah gerakan berputar dengan dirinya berada ditengah.  Tepuk tangan para tamu bergemuruh di ruangan itu. Mereka saling melempar lembaran-lembaran uang ke tengah-tengah para penari Kathak. Dalam sekejap, lantai Pradesh dipenuhi oleh uang yang cukup banyak. Bahaar Begum telah menjadi penari Kathak yang dipuja-puja di Pradesh.

***

      Kebijakan Raja Bahadur Syah II makin meluas. Kebijakan itupun akhirnya berlaku di sebuah kerajaan kecil bernama Baghnagar. Kerajaan kecil di daerah yang masih dalam kekuasaan Kerajaan Mughal.

"Dimanakah kita akan menginap nanti?" tanya Farrukhsiyar kepada pengawalnya.

"Malam ini kita akan singgah di Hyderabad Tuan. Kita akan mencari penginapan disana."

"Apakah Hyderabad masih jauh?"tanya pangeran Kerajaan Baghnagar itu.

"Masih satu jam perjalanan lagi Tuan."

"Baiklah, ayo kita berangkat."

      Saat menjelang malam, rombongan Pangeran Farrukhsiyar tiba di Hyderabad. Mereka menyewa sebuah penginapan yang cukup besar. Untuk menghibur pengawalnya, pangeran itu memutuskan mencari tempat hiburan yang ada di Hyderabad. Hingga akhirnya ia menemukan Pradesh. Pangeran itu menyuruh pengawalnya untuk memesan seorang penari terbaik di Pradesh. Dan secara kebetulan dipilihlah Bahaar Begum.

      Malam makin larut. Rombongan Pangeran Farrukhsiyar memasuki ruangan utama Pradesh. Mereka duduk melingkar diatas lantai beralas karpet. Lampu-lampu lilin menyala terang. Dinding ruangan memantulkan warna kemerahan seperti kulit buah delima. Tepat ditengah-tengah ruangan tergantung sebuah lampu lilin berukuran besar. Memantulkan bayangan api lilin yang bergerak-gerak tertiup angin.

      Di salah satu sudut ruangan telah siap beberapa penabuh tabla dan manjira. Dengan sebuah kedipan mata, wanita pemilik Pradesh itu mengirimkan pesan kepada mereka untuk segera memulai pertunjukan tarian Kathak. Lima orang wanita keluar dari sebuah pintu dan bergerak ke arah kanan. Diikuti oleh kelima wanita lainnya. Mereka bergerak kearah kiri. Kesepuluh penari Kathak itu menari ditengah-tengah ruangan membentuk sebuah lingkaran. Tangan-tangan mereka bergerak lincah keatas. Kaki-kaki mereka menghentak keras diatas lantai dingin Pradesh. Gemerincing gelang tangan dan gelang kaki bergema di seluruh ruangan. Setelah tiga kali gerakan berputar, muncullah Bahaar Begum. Ia keluar dari sebuah tirai merah sambil mengenakan kerudung hijau dan sari berwarna senada. Setelah melepas kerudungnya, ia berjalan ke tengah lingkaran. Lalu ia melakukan gerakan tatkar dan chakkar yang sangat indah. Tariannya mampu memesona para tamu hingga malam. Tak terkecuali Pangeran Farrukhsiyar yang terlihat bermain mata dengan Bahaar Begum.

"Cantik sekali dirimu." gumamnya dalam hati sambil mengangkat gelas kecil saat Bahaar Begum melintas didepannya. Tanpa ia sadari, pengawal pribadinya melihat hal itu.

***

      Meskipun Raja Bahadur Syah II telah menerapkan kebijakan menaikkan pungutan pajak kepada rakyat, hal itu tidak membuat keadaan Kerajaan Mughal makin aman. Namun justru sebaliknya. Penggelapan uang makin marak dilakukan oleh pejabat kerajaan. Kehidupan politik Kerajaan Mughal makin kacau. banyak penggantian pejabat kerajaan yang berlangsung dibawah tangan tanpa sepengetahuan Raja Bahadur Syah II. Sehingga menimbulkan perpecahan didalam Kerajaan Mughal. Mereka terpecah menjadi dua kubu.

      Para pejabat yang ingin menggulingkan kekuasaan raja mulai bersekongkol dengan kerajaan di daerah-daerah. Mereka menyulut api pemberontakan melawan raja. Hal ini berpengaruh juga terhadap penduduk Hyderabad. Mereka khawatir jika pemberontakan itu akan meluas ke wilayah mereka. Hal itu terdengar juga oleh Bahaar Begum.

"Kau tak perlu mencemaskan itu. Selama para pejabat itu membutuhkan kita. Selama kita bisa menyenangkan mereka dengan tarian Kathak kita, kita akan aman didalam Pradesh ini." ucap wanita pemilik rumah pelacuran Pradesh kepada Bahaar Begum suatu malam.

      Sejak kepergian Pangeran Kerajaan Baghnagar itu, pikiran Bahaar Begum selalu terisi oleh bayangannya. Setiap waktu tak bisa ia lupakan.

"Aku tahu Pangeran menyukai penari Kathak itu."

"Apa maksudmu pengawal? Aku tidak mengerti." tanya Farrukhsiyar dalam perjalanannya meninggalkan Hyderabad untuk menuju Kerajaan Mughal.

"Semalam aku memperhatikan gerak-gerik Pangeran. Aku ada disana. Disamping Pangeran."

Farrukhsiyar menatap mata pengawal itu tanpa berkata apapun. Mereka berdua membisu satu sama lain.

"Mohon Pangeran tidak melupakan Putri Rashtrapati."

"Tentu saja. Aku tidak akan pernah melupakan tunanganku itu." jawab Farrukhsiyar singkat.

      Nampaknya ucapan itu hanya sebatas di mulut saja. Bulan-bulan berikutnya, tanpa pengawalan yang terlalu banyak, Pangeran Farrukhsiyar selalu singgah di Pradesh setelah menyetorkan pajak kepada Kerajaan Mughal. Pangeran itu menyempatkan diri bertemu dengan Bahaar Begum selama beberapa hari di Hyderabad. Hingga tak terasa hubungan mereka berdua berlangsung selama hampir setahun tanpa seorangpun yang tahu. Mereka berdua menjalin sebuah hubungan gelap. Meskipun Bahaar Begum tahu bahwa pangeran itu telah bertunangan, ia tidak peduli. Baginya di dunia ini hanya ada dirinya dan Farrukhsiyar. Demikian halnya Farrukhsiyar, ia telah dibutakan oleh kecantikan penari Kathak itu. Pesona tariannya telah membutakan mata dan hatinya. Hingga ia tidak bisa melihat ketulusan cinta Rashtrapati kepadanya. Ketulusan cinta yang disimpan oleh Rashtrapati selama hampir tiga tahun untuk Farrukhsiyar seorang.

"Bahaar Begum, sebaiknya kau ikut denganku ke Kerajaan Baghnagar. Kau akan aman disana."

"Apa maksudmu Pangeran?"

      Malam itu selepas kepulangannya dari Kerajaan Mughal, Farrukhsiyar bertemu dengan Bahaar Begum di sebuah tempat. Ia menyampaikan kabar yang ia dengar dari salah seorang prajurit Kerajaan Mughal. Bahwa dalam beberapa bulan ke depan, Raja Bahadur Syah II akan melakukan penyerangan terhadap para pemberontak kerajaan yang ada di daerah-daerah. Tak terkecuali Hyderabad. Tempat itupun akan dibersihkan dari para pemberontak.  Farrukhsiyar tidak mau sesuatu terjadi kepada Bahaar Begum. Ia ingin wanita itu selamat dan hidup bersamanya.

***

      Putri Rashtrapati akhirnya mengetahui hubungan gelap Farrukhsiyar dengan Bahaar Begum. Wanita cantik itu segera menemui tunangannya.

"Sebaiknya kau berkata jujur Pangeran. Siapa wanita itu? Apa aku mengenalnya?"

"Aa.. apa yang kau katakan tadi? Aku tidak mengerti. Wanita yang mana? Siapa wanita yang kau maksud?"tanya Farrukhsiyar gelagapan.

"Tidak perlu kau jawab sekarang Pangeran." balas Rashtrapati. Lalu ia pergi meninggalkan Farrukhsiyar sendiri didalam kamarnya.

Seperti sebelumnya, setiap awal bulan Farrukhsiyar selalu pergi menyerahkan pajak kepada Kerajaan Mughal. Namun kali ini rombongannya tidak sendiri. Rashtrapati mengikuti tunangannya itu bersama rombongannya. Ia mengikuti Farrukhsiyar secara diam-diam. Melalui penyamarannya sebagai pedagang perhiasan, Farrukhsiyar tidak menaruh curiga sedikitpun. Putri cantik Kerajaan Bangalore itu tidak nampak seperti keluarga kerajaan. Ia telah mengganti pakaiannya seperti pakaian rakyat biasa.

      Tepat seperti dugaannya, Rashtrapati melihat Farrukhsiyar bertemu di sebuah tempat. Mereka nampak bahagia dan saling melepas rindu. Hati Rashtrapati bergolak. Ia mencoba menahan amarahnya melihat pemandangan itu. Secara diam-diam ia memerintahkan pengawalnya untuk mengikuti Farrukhsiyar ke Kerajaan Mughal. Sementara itu ia tetap di Hyderabad untuk menyelidiki siapa sebenarnya wanita yang telah menaklukkan hati Farrukhsiyar.

      Usaha Rashtrapati membuahkan hasil. Ia akhirnya menemukan tempat tinggal Bahaar Begum. Ia kemudian mengunjungi tempat itu. Ia hanya memiliki waktu selama beberapa hari sebelum Farrukhsiyar kembali dari Kerajaan Mughal. Sehingga ia memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin dengan cara menyamar sebagai penjual perhiasan.

"Permisi Nyonya, aku pedagang perhiasan. Aku kemari ingin menawarkan perhiasan milikku. Mungkin kalian mau membelinya." ucap Rashtrapati ketika ia tiba didepan pintu Pradesh.

"Sebentar Nyonya, kami harus minta izin kepada majikan kami dulu. Pemilik tempat ini."

      Tak berapa lama muncullah seorang wanita cantik dari dalam. Ia mempersilakan Rashtrapati masuk. Terjadilah tawar menawar didalam ruangan itu. Rashtrapati tak berkedip sedikitpun menatap Bahaar Begum. Nyala api dalam hatinya makin berkobar.

"Sepertinya aku akan membeli gelang kaki ini. Bunyi gemerincingnya pasti nyaring di kakiku."

"Oh ya? Pasti nyaring sekali jika dipakai di kaki seorang penari Kathak seperti nyonya. Dan pastinya kekasih nyonya akan senang." pancing Rashtrapati sambil memakaikan gelang kaki itu di kaki Bahaar Begum.

"Kau benar, pasti dia suka."

"Siapa nama lelaki yang beruntung itu nyonya?" tanya Rashtrapati dengan mata menyala-nyala.

"Farrukhsiyar."

***

      Beberapa hari setelah kedatangan Rashtrapati di Hyderabad, Farrukhsiyar kembali. Namun ia tidak mengetahui bahwa tunangannya ada disana. Dengan wajah cemas, Farrukhsiyar menemui Bahaar Begum malam itu. Ia sengaja ingin bertemu dengan Bahaar Begum untuk memberitahu kabar penyerangan Kerajaan Mughal ke Hyderabad.

"Kita harus pergi malam ini juga." ucap Farrukhsiyar dengan ekspresi cemas.

"Ada apa Pangeran? Mengapa kita harus meninggalkan Hyderabad? Apa yang akan terjadi?"

"Prajurit Kerajaan Mughal akan membersihkan Hyderabad dari pemberontak besok pagi. Malam ini juga kita harus pergi."

"Tenanglah Pangeran, hilangkan rasa takutmu. Lebih baik malam ini kau tidur disini. Aku akan menemanimu. Disini kita aman. Sebab tempat ini selalu dikunjungi oleh para pejabat Kerajaan Mughal. Mereka pasti melindungi tempat ini dan tidak akan menggeledahnya. Aku jamin itu." ucap Bahaar Begum sambil mencium bibir Farrukhsiyar. Rencana itupun berubah. Malam ini mereka berdua tinggal di Pradesh.

      Pagi itu Hyderabad ramai. Beberapa lelaki disana mengabarkan kedatangan prajurit Kerajaan Mughal. Prajurit itu telah sampai di lembah Banjara. Itu artinya siang nanti mereka akan sampai di Hyderabad.

      Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Rashtrapati. Ia ingin menjebak Farrukhsiyar. Ia ingin pengakuan darinya. Bahwa ia telah berkhianat dan berselingkuh dengan Bahaar Begum. Pengawal yang ia perintahkan membuntuti Farrukhsiyar telah mengabarkan kepadanya bahwa malam sebelumnya Farrukhsiyar berada di Pradesh bersama Bahaar Begum. Sehingga pagi ini Rashtrapati ingin menemui mereka berdua disana. Ia menyiapkan pertemuan itu dengan cukup matang. Sari yang indah, gelang-gelang emas serta hiasan bindi merah tergores indah diatas belahan rambutnya yang hitam. Rashtrapati kini menjadi seorang putri kerajaan yang sesungguhnya. Bukan Rashtrapati seorang penjual perhiasan.

      Sesampai di Pradesh, Rashtrapati disambut oleh dua orang penghuni Pradesh. Dua orang wanita penari Kathak. Mereka mempersilakan Rashtrapati masuk. Setelah ia duduk, salah seorang wanita penghuni Pradesh kembali kedalam. Kini ia hanya ditemani oleh seorang wanita.

"Maaf Nyonya, sepertinya Nyonya bukanlah wanita biasa. Tidak mungkin wanita baik-baik datang kemari. Pasti ada sesuatu hal yang membuat Nyonya datang ke tempat kami ini."

"Sampaikan kepada pemilik tempat ini. Katakan kepadanya bahwa aku si penjual perhiasan ingin menemuinya."

      Wanita penghuni Pradesh itu mengerti. Ketika ia beranjak dari tempatnya, temannya telah berada disampingnya membawakan segelas minuman.

"Sebaiknya Nyonya minum dulu. Kami akan memanggil Tuan kami kemari." ucap wanita itu sambil menyuguhkan segelas minuman untuk Rashtrapati.

      Kini Rashtrapati duduk sendiri. Ia memandangi seluruh ruangan yang remang-remang itu. tak ada orang lain disana selain dirinya. Dari balik Sari ia mengeluarkan sebuah kertas kecil yang terlipat. Ia membuka lipatan itu dan menuangkan isinya kedalam gelas didepannya.

      Akhirnya Rashtrapati bertemu dengan Bahaar Begum. Didalam ruangan itu kini hanya ada mereka berdua. Bahaar Begum tidak mengenali Rashtrapati dalam penampilannya yang sekarang. Hingga ia menyadari bahwa ia adalah pedagang perhiasan yang sering menawarkan gelang kepadanya. Bahaar Begum mengenalinya setelah Rashtrapati mengeluarkan kain yang sering ia pakai untuk membungkus perhiasan yang ia jual.

"Bukankah kau adalah..."ucap Bahaar Begum penasaran.

"Ya kau benar. Aku adalah pedagang perhiasan itu. Aku sengaja melakukan ini semua untuk mengetahui sebuah kebenaran. Dan kini kebenaran itu telah terungkap."

"Jadi, siapa dirimu sebenarnya?"

      Belum juga terjawab pertanyaan Bahaar Begum, sebuah teriakan laki-laki terdengar dari dalam kamarnya. "Bahar Begum, dimana kau? Prajurit Kerajaan Mughal telah tiba. Mereka ada didepan."

Bahaar Begum tak kuasa menjawabnya. Mulutnya seolah terkunci. Tubuhnya tak bisa ia gerakkan. Rashtrapati kini telah menguasai dirinya. Makin lama teriakan Farrukhsiyar makin jelas mendekat memanggil namanya.

"Ba haaar..." ucap Farrukhsiyar terputus saat melihat kedua wanita yang sangat ia kenal berdiri didepannya.

      Kini di ruangan itu telah berdiri tiga orang. Tiga orang dengan tiga cinta. Sebuah cinta yang tulus dan sebuah pengkhianatan.

      Mata Rashtrapati menatap tajam kedalam mata Farrukhsiyar dan Bahaar Begum secara bergantian. Mata itu memancarkan api amarah. Amarah yang sudah tidak terbendung lagi.

"Pangeran, katakan padaku siapa wanita ini?" tanya Rashtrapati.

"Di... dia..."

      Bahaar Begum beradu pandang dengan Farrukhsiyar, ia ingin mendapatkan jawaban dari lelaki yang sangat ia cintai itu. Namun jawaban itu tak kunjung ia dapatkan.

"Bahaar Begum, tak perlu kau meminta jawaban darinya. Aku hanya ingin meminta sebuah kebenaran darimu. Berikan minuman itu kepada Pangeran Farrukhsiyar. Aku telah menaburkan bubuk racun kedalamnya. Suruh ia meminumnya. Jika ia meminumnya, berarti cintanya sangat besar kepadamu. Dan aku sebagai tunangannya akan merelakannya untukmu." ucap Rashtrapati dengan mata berkaca-kaca.

      Sementara itu suara diluar makin gaduh. Keadaan makin kacau. Terdengar teriakan orang-orang saling menyelamatkan diri. Melihat keadaan yang tidak menentu, Farrukhsiyar dilanda dilema. Ia tidak ingin Bahaar Begum menyesal seumur hidupnya. Namun ia juga tidak ingin melukai hati Rashtrapati yang begitu tulus mencintainya. Sehingga tanpa berpikir panjang, sebelum Bahaar Begum meminum racun itu, ia menyambar gelas diatas meja dan meminumnya. Ia ingin menebus semua kesalahannya.

      Tubuh Farrukhsiyar tergeletak diatas lantai. Napasnya mulai tidak beraturan. Bahaar Begum meraih dan memeluk tubuh itu. Ia tidak ingin kekasih yang sangat ia cintai mati. Ia bersumpah untuk terus bersamanya. Sementara itu Rashtrapati hanya bisa menatap mereka berdua dengan rasa penyesalan bercampur amarah. Ia tidak menyangka bahwa nasibnya akan berakhir seperti ini. Ia merasa kalah. Rasa cintanya dikalahkan oleh seorang penari Kathak. Dalam perasaan yang masih bercampur aduk itu tiba-tiba mata Rashtrapati seolah ditusuk oleh ribuan pedang. Ia menyaksikan Bahaar Begum menciumi bibir Farrukhsiyar. Sebuah ciuman yang tulus dari wanita penari Kathak. Seorang wanita biasa yang mampu menaklukkan hati seorang Pangeran Kerajaan Baghnagar. Seorang wanita biasa yang telah mengalahkan seorang putri Kerajaan Bangalore. Harga diri Rashtrapati seakan hancur.

      Pandangan Rashtrapati perlahan mulai kabur. Airmata telah menutupi bola matanya. Dengan beberapa kedipan matanya kini jernih kembali. Namun pemandangan dihadapannya membuatnya meneteskan airmata kembali. Farrukhsiyar dan Bahaar Begum mati dalam keadaan saling berpelukan. Cinta telah menyatukan mereka hingga akhir hidup mereka.

      Kesedihan Rashtrapati buyar ketika ia mendengar seseorang mendobrak salah satu pintu di ruangan itu. Ia bergegas lari kedalam mencari tempat persembunyian yang aman.

***

      Hari telah sore, suasana Hyderabad sepi kembali. Para prajurit Kerajaan Mughal telah pergi. Rashtrapati dijemput oleh seorang pengawalnya. Pengawal itu akhirnya menemukan Rashtrapati di Pradesh setelah ia berkeliling di seluruh Hyderabad. Dengan dibantu pengawalnya, Rashtrapati membakar jasad Farrukhsiyar dan Bahaar Begum dalam sebuah upacara kematian Hindu.

"Pengawal, rahasiakan apa yang kau lihat. Simpan seumur hidupmu." ucap Rashtrapati setelah upacara selesai.

"Baik Tuan. Hamba akan mematuhi perintah Tuan."

      Keesokan harinya, rombongan Rashtrapati kembali ke Kerajaan Baghnagar. Ia telah merencanakan segalanya. Seperti takdirnya yang telah tertulis untuknya. Takdir yang tidak mampu ia ubah meskipun  ia telah berusaha. Ia hanya bisa pasrah menerima kenyataan bahwa kini Farrukhsiyar sudah tiada. Sebuah kenyataan pahit yang harus ia terima.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun