Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hyderabad

7 Juli 2019   18:35 Diperbarui: 7 Juli 2019   18:44 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : utsavpedia.com

      Melihat keberingasan prajurit Kerajaan Mughal, banyak wanita dan anak-anak yang memilih bunuh diri melompat kedalam rumah mereka. Kedalam nyala api yang amat besar daripada menjadi tawanan penguasa Kerajaan Mughal. Di sebuah rumah besar, dalam nyala api yang masih menyala-nyala terdengar rintihan lelaki memanggil nama seseorang.

                "Ba... haar Be... guum..." rintih lelaki tua itu.

      Malam hari setelah selesai menari Kathak untuk menghibur pejabat Kerajaan Mughal, Bahaar Begum pulang. Ia sangat kaget saat melihat rumah-rumah penduduk habis terbakar. Banyak mayat bergelimpangan di jalan. Wanita-wanita meratapi putranya. Anak kecil menangis di pangkuan ibunya. Sebuah perasaan tidak enak menyelimuti hati Bahaar Begum. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat. Sesekali ia berlari kecil. Perasaannya semakin kacau ketika sampai didepan rumahnya. Dari kejauhan ia melihat puing-puing rumahnya. Semuanya serba hitam.

                "Ayaaah..." teriak Bahaar Begum.

***

      Bahaar Begum kini tidak memiliki apapun. Usaha kerajinan mutiara milik ayahnya sudah habis. Tidak ada harta yang tersisa untuknya. Ayahnya telah mati. Mati terbakar bersama rumahnya dalam keadaan terikat di tiang rumah mereka. Ayah yang selalu menemaninya sejak kematian ibunya saat ia masih bayi kini telah tiada. Selain kecantikannya, ia tidak memiliki apapun lagi di dunia ini.

"Mulai sekarang aku akan tinggal disini. Semoga kau menerimaku." ucap Bahaar Begum dengan airmata berderai membasahi pipinya.

"Aku akan menjadikanmu penari Kathak yang dipuja-puja di Pradesh. Aku berjanji kepadamu." ucap wanita paruh baya itu sambil menghapus airmata Bahaar Begum.

      Ucapan wanita itu tidak main-main. Setiap pagi dan petang, ia mengajari Bahaar Begum menari Kathak. Teknik tarian Kathak yang ia ajarkan berbeda dengan apa yang dilihat oleh Bahaar Begum saat masih kecil. Namun berkat kepandaian dan kesabarannya, Bahaar Begum mampu menguasai teknik tarian Kathak itu.

      Kini hampir tiap malam Bahaar Begum menari Kathak untuk menghibur para tamu yang datang ke Pradesh. Dengan iringan musik tabla dan manjira, ia mulai menari. Gerakan kakinya begitu lincah. Beberapa penari yang mengiringi tariannya menari mengelilinginya. Membuat sebuah gerakan berputar dengan dirinya berada ditengah.  Tepuk tangan para tamu bergemuruh di ruangan itu. Mereka saling melempar lembaran-lembaran uang ke tengah-tengah para penari Kathak. Dalam sekejap, lantai Pradesh dipenuhi oleh uang yang cukup banyak. Bahaar Begum telah menjadi penari Kathak yang dipuja-puja di Pradesh.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun