Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teana - Temenos (Part 36)

6 Mei 2019   12:13 Diperbarui: 6 Mei 2019   12:28 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Teana - dokumen pribadi

Yodh tahu, kekuatan Lamadh bukanlah apa -- apa. Ia tidak perlu menghabiskan energinya hanya untuk makhluk rendah seperti Lamadh. Sesaat setelah berhasil merebut mutiara hitam itu, Yodh dan pengikutnya meninggalkan gua.

"Persiapkan ritual." perintah Yodh.

"Kita akan kemana Yang Mulia?" tanya pengikutnya.

"Kita kembali ke Kota Paphos."

"Siap Yang Mulia, perintah segera dilaksanakan."            Di depan gua Lamadh, lima orang pengikut Yodh berkumpul melingkar membentuk sebuah pentagon. Setelah mereka membaca mantra, tubuh kasar mereka berubah menjadi tubuh halus. Bagian pinggang keatas berbadan manusia dan bagian pinggang kebawah berbadan ular dengan ekor panjang menggeliat -- geliat.

       Aviynu Sheb Bash Shamayim, Yitqad Deish Shimkha

       Ba'arets Ka'asher Na'asah Vash Shamayim

       Awan di langit Kota Petra mendadak gelap, petir menyambar -- nyambar. Angin berhembus cukup kencang. Membuat pasir gurun beterbangan.

       Diatas langit nampaklah lubang hitam berputar searah jarum jam. Lubang hitam itu berputar pelan diiringi kilatan cahaya yang menyambar keluar dari dalam lingkaran. Pintu  dimensi waktu telah terbuka diatas formasi pentagon yang mereka buat.

"Cepatlah Tuan masuk, energi kami tidak banyak." seru pengikut Yodh.

       Tanpa menunggu lama, Yodh dan pengikut yang lain berlari dan melompat kedalam lubang. Kelima pengikut Yodh yang telah membuka pintu dimensi waktu juga ikut melompat kedalam lubang itu. Dengan gerakan yang sangat gesit, kelima manusia ular jadi -- jadian itu telah memasuki lubang hitam sebelum akhirnya lubang hitam itu lenyap dan suasana langit Kota Petra kembali seperti semula.

***

       Setelah beberapa hari di Kota Hegra, Teana memutuskan kembali ke Kota Petra. Masih banyak urusan yang harus ia selesaikan disana.

"Ayah, terimakasih atas nasihat Ayah. Sekarang aku telah mengerti apa yang harus aku lakukan." ucap Teana. Rashad tersenyum.

"Ibu, kami pamit dulu. Ayah, terimakasih."

"Hati -- hati Teana." ucap Rashad. Aairah memeluk putrinya itu. sebuah selendang ia berikan kepadanya.

"Jagalah selendang ini baik -- baik."

"Terimakasih Ibu, aku akan menjaganya."

       Merekapun berpisah. Dengan membawa sebuah harapan, Teana memantapkan langkahnya untuk melanjutkan hidupnya di Kota Petra. Melestarikan usaha turun -- temurun keluarganya. Menjual Myrrh ke seluruh Semenanjung Arab.

***

       Perjalanan Yodh tidak membutuhkan waktu lama. Pintu dimensi waktu yang ia lalui telah mengantarnya tiba di Kota Paphos. Di kerajaannya, Yodh dan beberapa pengikutnya berpesta ria menyambut datangnya kemenangan mereka yang tidak lama lagi.

"Siapkan ritual sihir segera. Aku tidak sabar untuk segera membangkitkan kekuatan Bangsa Bawah."

"Baik Yang Mulia. Akan hamba beritahu para penyihir di Kuil Pygmalion untuk segera menyiapkan ritualnya." ucap salah seorang pengikut Yodh.

"Berikan mutiara hitam ini kepada penjaga kuil. Simpan baik -- baik."

"Baik Yang Mulia."

       Keesokan harinya, penjaga kuil Pygmalion datang menemui Yodh. Dengan membawa dua buah mutiara hitam dalam genggamannya, ia bersimpuh didepan singgasana Yodh.

"Ada apa penjaga? Mengapa kau ingin menemuiku pagi ini?"

"Maaf Yang Mulia, ada berita buruk yang ingin hamba sampaikan."

Yodh nampak marah.

"Apa? Cepat katakan." ucap Yodh sedikit emosi.

"Mutiara ini tidak bisa hamba gunakan Yang Mulia."

"Maksudmu?"

"Ketika hamba menyatukan kedua mutiara ini dengan kedua mata patung Dewa Dhushara, tidak ada energi sihir yang keluar sedikitpun. Bahkan ketika hamba meletakkan patung Dewa Dhushara dibawah kaki patung Dewa Temenos, pintu dimensi waktu tetap tidak terbuka."

"Cawannya? Apakah sudah kau isi dengan darah kita?"

"Sudah Yang Mulia. Cawan berisi darah bangsa kita masih hamba simpan dan tidak berubah isinya. Namun sayang, gerbang itu masih belum bisa hamba buka."

       Yodh terdiam diatas singgasananya. Ia merenung memikirkan sesuatu.       "Laba -- laba sialan. Bahkan setelah kematianmu pun kau masih merepotkanku." gumam Yodh dalam hati.

"Penjaga, bawa kemari mutiara hitam itu. berikan padaku." teriak Yodh.

       Seekor ular hitam besar berbadan manusia berjalan meliuk -- liuk diatas lantai. Ia berjalan menemui penjaga kuil itu. Setelah penjaga kuil itu menyibakkan jubahnya, ia mengambil dua buah mutiara hitam dari balik jubahnya dan menyerahkannya kepada ular hitam pengawal Yodh. Lalu Yodh menerima mutiara hitam itu.

       Mata Yodh membuka lebar -- lebar. Mata kehijau -- hijauan itu mengamati baik -- baik benda yang ada di tangannya. Tiba -- tiba Yodh merasakan sesuatu dari mutiara itu. Tangannya terasa panas. Sebuah energi yang cukup kuat menjalar di sela -- sela jari tangannya. Menembus kedalam kulit dan terasa panas membakar didalam nadinya.

"Sial...." ucap Yodh marah.

"Ada apa Yang Mulia?" tanya penjaga Kuil Pygmalion heran.

"Kekuatan laba -- laba itu masih ada. Kekuatan Lamadh masih terasa di dalam mutiara hitam ini."

"Lalu kita harus bagaimana Yang Mulia."

"Gunakan kekuatanmu dan penyihir di Kuil Pygmalion untuk menetralkannya." perintah Yodh.

"Tapi Yang Mulia...."

"Mengapa? Kau tidak sanggup?"

"Bukan begitu, hamba dan penyihir yang lainnya sanggup menjalankan perintah Yang Mulia, tapi kekuatan kami terbatas."

"Jadi, kau butuh berapa lama untuk menetralkan sihir Lamadh?"

"Satu bulan."

       Yodh menyetujui ucapan penjaga kuil itu. tidak ada pilihan yang lain. Ia terpaksa memilih untuk menunggu selama satu bulan.

              "Laksanakan. Segera kalian netralkan sihir itu." ucap

              Yodh.

Mutiara hitam itu ia serahkan kembali kepada penjaga kuil.

***

       Teana berangkat menuju Lycia, setelah kepulangannya dari Kota Hegra, ia mempersiapkan segala keperluannya untuk berdagang disana.

"Kita harus mencobanya dulu Almeera." ucap Teana. Ia menggenggam erat tangan Almeera. Almeera mengangguk.

       Perjalanan menuju Lycia tidaklah mudah. Mereka harus menempuh waktu selama lebih kurang sebulan perjalanan laut. Dengan barang dagangan yang cukup banyak, Teana berangkat menuju Kota Caesarea. Sebuah kota di pinggir Laut Mediterania. Kota pelabuhan yang sangat ramai. Dari kota itu, mereka akan berangkat menuju Lycia.

"Apakah kau siap Almeera?" tanya Teana saat rombongan dagangnya tiba di pelabuhan Kota Caesarea.

"Kami siap Tuan." ucap Almeera mantab diikuti anggukan kepala Shahed.

Siang itu rombongan Teana berangkat menuju Lycia melalui Kota Caesarea. Perjalanan panjang telah dimulai.

***

       Penjaga Kuil Pygmalion dan beberapa penyihir telah mempersiapkan ritual untuk menetralkan energi mutiara hitam milik Lamadh. Usaha itu tidaklah mudah. Mengingat Lamadh adalah bukan makhluk biasa. Lamadh adalah makhluk setengah manusia setengah hewan yang merupakan keturunan langsung dari hewan berkaki empat. Makhluk dengan kekuatan melebihi kekuatan manusia maupun hewan. Namun sayangnya ia harus mati di tangan Yodh. Makhluk Bangsa Bawah yang memiliki kekuatan lebih besar darinya.

       Dengan kelebihan itulah, kekuatan Lamadh masih akan tetap ada. Kekuatan itu tersimpan didalam mutiara hitam miliknya. Mutiara yang hanya dimiliki oleh pemimpin manusia laba -- laba.

       Sudah puluhan kali penjaga dan para penyihir Kuil Pygmalion mengerahkan kekuatan sihirnya untuk menetralkan energi mutiara hitam itu. Namun nampaknya sia -- sia. Sejak Yodh mendapatkan mutiara hitam itu beberapa minggu lalu, mutiara itu masih tetap sama. Energi milik Lamadh masih terasa didalamnya.

"Apalagi yang harus kita lakukan Tuan?" tanya seorang penyihir Kuil Pygmalion.

"Kita harus mencoba cara lain. Atau Yang Mulia Yodh akan murka kepada kita." jawab Penjaga Kuil.

        Usaha yang dilakukan Yodh tidak hanya sebatas itu saja. Ia memilih cara lain. Yakni menemui Peramal Simkath di Kota Petra. Ia membawa tiga orang pengikutnya kesana. Dengan melalui pintu dimensi waktu, mereka tiba di kediaman Peramal Simkath malam hari. Dalam bentuk manusia berjubah coklat, mereka berempat berjalan memasuki rumah peramal itu.

"Ada apa kalian datang kemari?" tanya Simkath.

"Aku membutuhkan bantuanmu." ucap Yodh.

"Katakan."

       Percakapan yang cukup serius terjadi diantara mereka berdua.

***

       Diatas kapal, Teana dan Almeera tidak tinggal diam, ia mencari informasi tentang Lycia. Beberapa pedagang yang sejalur dengannya ia ajak berbicara. Satu dua pedagang terlihat mulai akrab dengan Teana. selama hampir tiga minggu, Teana telah mendapatkan cukup banyak informasi tentang Lycia.

***

       Yodh memanggil penjaga kuil dan beberapa penyihir Kuil Pygmalion. Di ruangan yang cukup luas itu, beberapa pembesar Kerajaan Yodh terlihat berkumpul untuk mendengarkan penjelasan penjaga kuil.

"Yang Mulia, maafkan kami. Energi milik Lamadh belum mampu kami musnahkan." ucap penjaga Kuil Pygmalion ketakutan.

       Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, ia menjatuhkan tubuhnya dan bersimpuh didepan singgasana Yodh. Seisi ruangan mendadak riuh. Para pembesar Kerajaan Yodh saling melempar pandang dan berbicara dalam suara yang lirih. Mereka telah merasakan kemurkaan Yodh.

"Kali ini penjaga itu pasti mati di tangan Yodh." bisik salah seorang pembesar kerajaan.

"Kau benar, lihat saja nanti."

       Perkiraan para pembesar itu meleset. Setelah mendengar penjelasan penjaga kuil, Yodh hanya diam saja. Tidak tersenyum atau marah. Ekspresi di wajahnya terlihat datar. Sepertinya Yodh telah siap mendengar berita ini.

"Kemarilah...." perintah Yodh.

"Baik Yang Mulia."

       Penjaga kuil itu lalu berdiri dan berjalan menemui Yodh diatas singgasananya. Dalam jarak kurang dari satu meter ia berhenti dengan kepala menunduk ketakutan.

"Berikan mutiara hitam itu padaku." ucap Yodh dengan senyum manis yang dibuat -- buat. Seketika itu juga penjaga kuil mengeluarkan bungkusan dari dalam jubahnya.

"Ini Yang Mulia. Terimalah."

"Terimakasih aku ucapkan atas usahamu. Aku tahu kau telah berusaha sampai sejauh ini."
"Sama -- sama Yang Mulia,"

"Untuk menebus kesalahanmu, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Maukah kau melakukannya?"

"Hamba siap Yang Mulia."

       Tanpa menunggu lama, dengan gerakan gesit Yodh meliuk -- liuk berdiri dari singgasananya. Dalam hitungan detik ia telah berdiri didepan penjaga kuil itu. Gerakan itu tidak disadari oleh si penjaga kuil hingga tiba -- tiba saja mulutnya telah dipegang oleh Yodh hingga terbuka lebar. Dua benda telah masuk kedalam tubuhnya.

"Apa Yang Mulia lakukan tadi? Apa yang telah Yang Mulia masukkan kedalam mulut hamba?" ucap penjaga kuil tergagap -- gagap sambil memegangi lehernya.

"Mengapa? Apa kau merasa kesakitan?"

"Ti... Tidak Yang Mulia. Hamba tidak merasa kesakitan sedikitpun. Hamba hanya ingin memastikan benda apa yang telah masuk kedalam tubuh hamba."

"Sebuah kekuatan. Ya, aku telah memberimu kekuatan."

"Kekuatan? Untuk apa Yang Mulia?"

"Lihat saja nanti. Sekarang pergilah."

"Baik Yang Mulia." ucap penjaga kuil dengan perasaan bingung. Ia lalu berjalan menjauhi Yodh.

       Tepat ketika penjaga kuil itu berbalik menjauh. Yodh membaca mantra. Mulutnya bergerak pelan -- pelan membunyikan mantra sihirnya.

Kiy Le'kha Ham Mam'lakhah

Ve'hag Ge'vurah Ve'hat Tiph'eret.

       Mantra telah terucap, kekuatan sihir telah terungkap. Tubuh penjaga kuil itu mendadak kejang, sebuah teriakan yang cukup keras keluar dari mulutnya. Ia terjatuh dengan lutut menahan tubuhnya. Kepalanya mendongak keatas kubah berwarna hijau zamrud diatas ruang pertemuan itu. Matanya melotot kemerahan. Sebuah asap putih pekat keluar dari dalam mulutnya diiringi teriakan melengking memekakkan telinga. Tubuh penjaga itu ambruk tertelungkup diatas lantai. Diam tak bernapas. Karena penjaga itu dalam keadaan bertubuh halus, seketika itu tubuhnya mengeluarkan pendar cahaya putih. Lalu lenyap.

       Tepat diatas bekas tempat penjaga kuil itu menghilang, terlihatlah dua buah mutiara hitam mengeluarkan pendar cahaya hitam yang berkilauan. Semua penghuni ruangan itu ketakutan. Mereka melihat murka Yodh secara langsung. Begitu mengerikan. Yodh meliuk -- liuk mengambil mutiara itu.

"Inilah hukuman bagi pengikutku yang tidak mampu menjalankan tugas. Kegagalan berarti kematian. Kalian harus ingat itu."

Seisi ruangan menjadi hening. Yodh kembali menuju singgasananya.

Segera siapkan keperluan ritual. Kita akan membuka pintu kegelapan bangsa kita.

***

       Kapal itu telah berjalan hampir satu bulan lamanya. Nakhkoda kapal memutuskan untuk singgah selama beberapa hari di Pulau Siprus. Sebuah pulau kecil yang memiliki kota pelabuhan bernama Kota Paphos.

       Selama beberapa hari di Kota Paphos, Teana mencoba untuk menawarkan barang dagangannya. Ia dan Almeera membuka lapak kecil di dekat pelabuhan. Mereka menjual Myrrh disana. Cukup banyak koin emas yang mereka peroleh.

       Tiba -- tiba tubuh Teana merasa panas. Badannya menggigil tanpa sebab yang jelas. saat itulah terdengar suara Dalath menggema didalam telinganya.

"Tuan, berhati -- hatilah. Sebuah kekuatan besar sedang menguasai Kota ini."

       Tidak mungkin Teana membalas ucapan Dalath. Ia hanya mendengarkan saja ucapan makhluk berbadan singa berkepala elang bersayap kelelawar itu.

"Almeera, ikutlah denganku. Biar lapak ini dijaga oleh Shahed." perintah Teana.

       Almeera diam dalam kebingungan. Namun satu hal yang pasti, ia telah paham watak majikannya itu. Bahwa kali ini telah terjadi sesuatu. Sesuatu yang tidak ia mengerti namun harus ia ikuti.

       Teana dan Almeera berjalan menjauh dari keramaian pelabuhan. Dengan menyusuri jalan setapak, sampailah mereka di sebuah perbukitan yang hijau dan asri.

"Tuan ingin mandi disini?" tanya Almeera ketika melihat aliran sungai yang jernih dan air terjun didepannya. Teana hanya diam.

       Sebuah suara tiba -- tiba menggema didalam telinga Teana. Suara milik Dalath yang kemudian diucapkan oleh Teana dengan lirih.

                "Ikuti ucapanku Almeera." perintah Teana.

  • Kiy Lekha Hammam'lakhah
  • Ve'hag Ge'vurah Ve'hat Tiph'eret

       Almeera terkejut, ia melihat sebuah kerajaan yang sangat megah didepan matanya. Dengan dibimbing Teana, Almeera berjalan di belakang majikannya itu.

       Suara Dalath terus menggema didalam telinga Teana. Dalath memberikan petunjuk jalan untuk Teana agar sampai di Kuil Pygmalion. Tanpa merasa kesulitan, Teana akhirnya tiba di sebuah kuil yang berada dibalik air terjun.

"Tempat apa ini Tuan?" tanya Almeera setengah berbisik.

"Ikuti saja aku."

       Mereka berdua berjalan mendekati sumber air terjun itu. Tepat didepan air terjun, mereka berhenti. Teana bingung harus melakukan apa.

  • Aviynu Sheb Bash Shamayim, Yitqad Deish Shimkha

Ba'arets Ka'asher Na'asah Vash Shamayim

       Suara Dalath menggema didalam telinganya. Teana mendengarkannya baik -- baik lalu mengulangi suara itu. Seketika itu pula terdengar suara gemuruh batu bergeser dari balik air terjun. Mereka berdua masuk kedalam.

       Mulut gua itu tidak dijaga oleh seorangpun Bangsa Bawah. Teana dan Almeera dengan bebas masuk kedalam gua. Dengan langkah hati -- hati akhirnya mereka tiba di ruangan utama Kuil Pygmalion. Mendadak tubuh Teana terasa lebih panas dari sebelumnya.

       Teana dan Almeera bersembunyi dari balik batu besar. Teana berusaha menenangkan dirinya. Menyesuaikan diri dengan tubuhnya yang mulai memanas secara tiba -- tiba. Ia mengatur nafasnya untuk mendinginkan panas didalam tubuhnya sambil memikirkan langkah yang akan ia ambil.

       Dari balik batu itu, ia bisa menyaksikan sekelompok manusia berbadan ular sedang berkumpul dibawah patung Dewa Temenos. Sebuah patung emas berwujud manusia setengah ular.

       Makhluk -- makhluk itu berkumpul melingkar. Membentuk sebuah pentagram. Tepat ditengah pentagram itu berdirilah patung Dewa Temenos. Yodh dan beberapa pengikutnya membaca mantra -- mantra sihir untuk membangkitkan kekuatan Bangsa Bawah. Berusaha membebaskan Bangsa Bawah yang terkurung didalam Kuil Pygmalion selama ratusan tahun.

***

      Yodh masih ingat betul ketika dirinya dibuang oleh Ratu Mehnaz dan terdampar di tempat ini. Waktu itu ia diselamatkan oleh seorang Bangsa Bawah.

"Ambillah cawan dibawah patung Dewa Temenos. Minumlah air yang ada didalamnya." ucap sebuah suara.

"Siapa kau? Mengapa aku harus meminum air itu?" tanya Yodh.

"Kami adalah Jin pembangkang yang dikurung oleh Ratu Mehnaz disini. Selama ratusan tahun kami berada disini menunggu seseorang untuk membebaskan kami. Untuk membalaskan dendam kami kepada Ratu Mehnaz." ucap Jin itu dalam suara yang berat dan parau.

"Kalian mengenal Ratu Mehnaz?" tanya Yodh heran.

"Tentu, dialah Ratu kami. Kami memujanya dan setia mengikuti perintahnya. Namun karena kesalahan kami, ia menghukum kami."

"Lantas, mengapa aku harus meminum air dalam cawan itu?" tanya Yodh menyelidiki.

"Sebab air dalam cawan itu adalah kumpulan energi kami selama ratusan tahun disini. Energi yang akan membebaskan kami lewat tangan orang lain. Namun perlu kau ingat, air dalam cawan itu tidak kami berikan secara Cuma -- Cuma. Ketika kau telah meminumnya, kau akan merasakan kebebasan dan tidak terkurung seperti kami. Namun kau akan terikat kepada kami. Terikat untuk membebaskan kami dari dalam kurungan Ratu Mehnaz."

Yodh diam. Ia memikirkan langkah yang akan ia ambil.

"Jika aku meminumnya dan aku tidak mau membebaskan kalian bagaimana?"

"Kau akan kami musnahkan dengan cara kami.

      Setelah mempertimbangkannya baik -- baik, Yodh meminum air itu dan merasakan kebebasan hingga sekarang.

***

      Waktu berlalu sangat cepat. Ketika Yodh mengambil sebuah batu berbentuk persegi dari bawah patung Dewa Temenos, saat itu pula ia menyadari bahwa patung itu adalah patung milik Bangsa Nabataea. Patung Dewa Dhushara yang selama ini ia cari.

      Teana dan Almeera saling memandang. Mereka berdua seakan paham apa yang harus mereka lakukan.

      Dalam keadaan seperti ini, tentulah Teana hanya bisa terdiam ditempatnya. Ia tidak mungkin melakukan penyerangan. Jumlah makhluk itu terlalu banyak. sehingga ia hanya bisa menunggu mereka menjalankan ritualnya hingga selesai.

      Mantra -- mantra sihir dirapalkan oleh makhluk -- makhluk itu. Yodh berdiri diatas ekornya dengan tangan menengadah keatas. Ia dikelilingi oleh para penyihir Kuil Pymalion. Teana bisa melihat kilatan petir menyambar diatas langit gua. Kilatan petir yang muncul dari dalam sebuah lubang hitam. Lubang itu terlihat pelan -- pelan semakin membesar ketika para penyihir merapalkan mantra sihir mereka.

      Satu hal yang membuat Teana ketakutan adalah munculnya makhluk aneh dari dalam lubang itu. Makhluk aneh menyerupai ular yang berusaha untuk keluar dari dalam lubang hitam.

      Teana menunggu saat yang tepat untuk mengambil patung Dewa Dhushara. Ia tidak berani gegabah dalam hal ini. Hingga akhirnya kesempatan itu datang, ketika Yodh dan para penyihirnya mulai lengah akibat tenaga mereka terkuras habis, Teana berlari menerjang lingkaran Pentagon itu. Aura sihir yang menyelimuti lingkaran Pentagon tidak berpengaruh apa -- apa bagi Teana. Karena ia adalah Bangsa Manusia bukan Bangsa Bawah.

      Patung Dewa Dhushara berhasil direbut Teana dengan mudah. Yodh dan para penyihirnya tidak kuasa melawan Teana. Energi mereka telah habis. Perlahan -- lahan lubang hitam itu mulai menutup. Ritual itu gagal. Yodh hanya bisa menyaksikan Teana berlari menjauh. Menyaksikan kekalahannya.

                "Teana. Tunggu pembalasanku." ucap Yodh geram.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun