Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teana - Teana (Part 6 - Lanjutan 3)

21 April 2017   07:31 Diperbarui: 21 April 2017   17:00 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: goldwallpapers.com

“Iya, aku tahu itu. Ngomong – ngomong, dimana Ghalib? Kenapa ia tidak ada? Kemana perginya?” tanya Haydar sambil duduk di tepian tempat tidurnya yang terbuat dari batu persegi berukuran selebar orang dewasa beralaskan karpet lembut.

“Tuan Ghalib? Oh Tuan sedang keluar. Ia membereskan pembayaran penginapan kita.” jawab Manaf singkat.

“Oh begitu, kalau begitu aku mandi sebentar.” jawab Haydar.

“Iya, bersihkan badanmu itu. Hilangkan bau minuman keras sisa semalam.” ucap Manaf.

“Iya aku tahu.” jawab Haydar singkat.

Penginapan Saba pagi itu tampak lengang. Seperti biasanya, para tamu selalu keluar di pagi hari dan kembali di malam hari. Karena kebanyakan tamu di penginapan itu adalah para pendatang dari berbagai wilayah di Semenanjung Arab. Mereka sibuk berdagang di Kota Petra. Kota pusat perdagangan di Semenanjung Arab.

Hal itulah yang membuat Penginapan Saba menjadi penginapan yang sangat terkenal di Kota Petra. Saba merupakan tempat beristirahat para pembesar kerajaan dan para pedagang besar dari berbagai wilayah di Semenanjung Arab. Karena termasuk penginapan paling besar dan paling ramai.

Seluruh pintu ruangan untuk menginap para tamu tidak memiliki daun pintu. Pintu itu hanya berupa pahatan berbentuk persegi sebagai jalan masuk kedalam ruangan. Meskipun tak berdaun pintu, keamanan para tamu tetap menjadi nomor satu. Karena di setiap lorong – lorong penginapan terdapat penjaga khusus.

Masing – masing pintu ruangan berhiaskan berbagai macam pahatan. Seperti pahatan rumah khas Bangsa Romawi dengan dua buah pilar besar di bagian kanan kirinya dan sebuah pahatan burung elang di bagian atapnya.

Ada juga beberapa pintu ruangan yang berhiaskan pahatan bunga serta daun – daunan. Pahatan – pahatan itu semakin menambah keanggunan dan kemewahan tempat tersebut.

“Haydar sudah bangun?” tanya Ghalib saat ia memasuki ruangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun