Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teana - Teana (Part 6 - Lanjutan 3)

21 April 2017   07:31 Diperbarui: 21 April 2017   17:00 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: goldwallpapers.com

“Ayo menarilah… Hiburlah kami!” teriak para pengunjung kedai Zubi malam itu sambil mengangkat gelas – gelas mereka.

“Sini, temani aku minum,” teriak salah seorang lelaki yang mabuk dengan suaranya yang parau.

Malam itu banyak sekali lelaki yang berdatangan ke kedai Zubi. Berkunjung kesana untuk yang pertama kali dalam hidup mereka.

Setelah seharian berdagang di Petra, mereka ingin melepas lelah mereka bersama para wanita Petra.  Mereka ingin membuktikan kecantikan wanita Petra yang terkenal di seluruh Semenanjung Arab. Membuktikan cerita yang sering mereka dengar dari mulut ke mulut. Dari satu pedagang ke pedagang lain yang pernah berkunjung ke Kedai Zubi.

Para lelaki itu berasal dari berbagai wilayah. Mulai dari Semenanjung Arab, Syria, Damaskus hingga India. Dari lelaki berkulit putih hingga gelap, berbadan kurus hingga kekar sampai lelaki berhidung mancung dengan matanya yang besar. Semuanya berkumpul disana.

“Iya… Teruslah menari. Goyangkan badan kalian.” teriak pengunjung yang lain.

Sepertinya ia adalah lelaki muda dari India. Terlihat dari hitamnya bola matanya dan banyaknya jambang yang tumbuh lebat di pipinya serta tilak merah yang menghias dahinya.

Suasana semakin riuh oleh tepuk sorai para lelaki begitu melihat beberapa wanita bercadar berbaris rapi didepan mereka.

Malam makin panas. Semua pengunjung larut dalam kesenangan masing – masing. Para wanita penari itu mulai menggoyangkan tubuhnya. Meliuk – liuk indah sambil memainkan matanya dengan nakal. Menggoda para lelaki yang melihatnya.

Dengan rambut panjang merah kecoklat – coklatan serta mata biru yang indah, para wanita penari itu dengan mudahnya membuat para pengunjung bertekuk lutut dan hanyut dalam pelukan mereka.

Namun itu terjadi hanya sesaat. Setelah koin – koin emas berpindah kedalam genggaman tangan mereka yang lembut, saat itulah mereka melepaskan pelukan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun