Mohon tunggu...
Shofyan Kurniawan
Shofyan Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Arek Suroboyo

Lahir dan besar di Surabaya. Suka baca apa pun. Suka menulis apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Quarantine Tales: Kisah-kisah di Masa Pandemi, Mana yang Paling Oke?

23 Februari 2021   12:03 Diperbarui: 23 Februari 2021   12:20 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by: twitter.com/BioskoponlineID

Coba bayangkan jika pandemi ini mematikan seluruh manusia, kecuali dua orang saja (satu pria dan satu perempuan). Inilah gagasan yang diusung di film Cook Book, besutan Ifa Isfansyah.

Ifa Isfansyah merupakan salah satu sutradara yang karyanya cukup sering saya ikuti, sejak menonton filmnya yang berjudul Rumah dan Musim Hujan (Hoax). Karena ada nama beliaulah saya jadi tertarik menonton Quarantine Tales.

Kisah dalam Cook Book berpusat pada kehidupan seorang chef bernama Halim yang sedang menyelesaikan buku resep, selama masa penjarakan sosial. 

Waktu yang luang membuatnya mampu menyelesaikan buku resep yang selama ini terbengkalai karena kesibukan. Chef Halim yang tak keluar rumah selama entah berapa hari, hanya berkomunikasi dengan Pak Haryo---pihak penerbit yang bakal menerbitkan buku resepnya---lewat Zoom.

Chef Halim dan Pak Haryo tak hanya membahas soal buku resep yang bakal diterbitkan, melainkan juga soal pandemi dan bahayanya jika tak kunjung diatasi, kepunahan umat manusia bakal tak terelakkan.

Setelah obrolan itu, muncul keganjilan yang membuat jalinan cerita di film ini jadi cacat. Keganjilan itu muncul ketika chef Halim dihubungi oleh seorang gadis SMA yang entah berada di belahan dunia bagian mana, lewat Zoom. 

Gadis itu berkata, mereka adalah dua orang terakhir di dunia, hanya merekalah harapan umat manusia. Chef Halim tak mempercayainya, namun ia tak melakukan apa pun untuk membela keyakinannya itu di hadapan penonton. Justru yang dilakukannya adalah menikmati kisah cinta jarak jauhnya dengan gadis belia itu, melalui Zoom.

Saat menyaksikan itu, di kepala saya terbit beberapa pertanyaan terkait logika cerita. Salah satu yang paling mendasar, bagaimana mereka masih bisa asyik mahsyuk pacaran via Zoom sementara hanya ada mereka berdua saja di dunia ini? Bukankah teknologi manusia juga bakalan punah ketika manusia telah punah?

Namun di akhir cerita kita tahu bahwa semua itu ternyata teeeet. Dan gadis itu ternyata teeeet chef Halim. Semuanya jadi masuk akal setelah saya mengetahuinya. Beruntung Pak Haryo buru-buru menolak teeeet itu dengan alasan yang tepat. Karena saya pun yakin teeeet itu adalah teeeet yang buruk.

Saya menaruh film ini di urutan ketiga, karena dua film selanjutnya memiliki tema lebih kuat soal pandemi dibandingkan film ini.

#2 The Protocol

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun