Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Putus Dirundung Duka

29 Oktober 2020   21:03 Diperbarui: 29 Oktober 2020   21:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak Putus Dirundung Duka

Oleh: Trimanto B. Ngaderi

Ceramahnya begitu antusias, suaranya keras menggelegar bagai petir, semangatnya berapi-api. Diikuti ekspresi yang dinamis, gerakan tangan yang lincah, dan kemampuannya dalam menguasai forum. Ketika ustadzah muda ini sudah naik mimbar, para hadirin akan terpukau, khusyu' menyimak, dan bagai tersihir oleh rangkaian kata-kata yang begitu hidup, mudah dicerna, sekaligus menyentuh.

Dalam beberapa tahun ini, sang ustadzah begitu terkenal. Ketika ada informasi kajian dan pembicaranya adalah beliau, masyarakat akan berduyun-duyun untuk hadir. Namanya bak seorang artis, yang selalu ditunggu-tunggu kehadirannya, dipuja-puji, dinanti-nanti buku karyanya, termasuk yang ngebet hanya ingin sekedar foto selfie usai ceramah selesai.

Ustadzah yang spesial. Ceramahnya didominasi tema-tema seputar bagaimana menjalani hidup yang damai dan bahagia,  bagaimana mengatasi berbagai persoalan dan kesulitan hidup, bagaimana bisa sabar dan tabah menanggung dukalara dan derita. Ditambah kemampuannya dalam menjawab berbagai pertanyaan hadirin tentang persoalan hidup, keluarga dan rumah tangga, serta menyembuhkan berbagai trauma dan rasa takut.

***

Setelah beberapa kali Hasna membujuk kedua orang tuanya untuk merestui rencana pernikahannya dengan Rizal, hasilnya tetap nihil. Mereka tetap menolak Rizal hanya karena alasan status sosial. Alasan itu tidak dapat diterima oleh Hasna, mengapa hanya karena status sosial bisa menghalangi seseorang untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Cinta terlanjur bersemi. Keduanya sudah saling merasa cocok. Komitmen untuk lanjut ke jenjang pernikahan juga sudah bulat. Mereka tidak ingin hanya sekedar berpacaran, mereka ingin membina hubungan yang serius dan resmi. Oleh karena orang tua Hasna tak merestui, akhirnya mereka memutuskan untuk kawin lari.

Usai ijab qabul di depan KUA, mereka mengontrak kamar di pinggiran kota. Kamar sederhana, murah, dan hanya dengan fasilitas yang seadanya. Lingkungan yang padat dan kumuh. Berbeda sekali dengan kehidupan Hasna sebelumnya yang tinggal di rumah bagus dengan fasilitas yang lengkap. Tapi mereka sudah siap untuk hidup susah, yang penting mereka bisa hidup bersama dan saling mencintai. Mereka sadar betul segala risiko yang harus dihadapi ketika memutuskan untuk kawin lari.

Hari demi hari berlalu dengan cepatnya. Setahun kemudian, anak mereka lahir. Laki-laki. Mereka begitu bahagia.

"Bagaimana kalau kita membawa anak ini kepada orang tuaku?" tanya Hasna ketika sedang menyusui bayinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun