Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cacing Menurut Saya..

4 April 2018   11:51 Diperbarui: 4 April 2018   12:19 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sunhome.ru

CACING MENURUT SAYA

Oleh: Trimanto B. Ngaderi

Beberapa hari ini kita dikejutkan adanya berita tentang temuan adanya parasit cacing yang ada pada produk kemasan kaleng makarel. Hal ini tentu membuat gusar terutama masyarakat luas sebagai konsumen dari produk tersebut. Terlebih bagi pemerintah (Kementerian Kesehatan RI dan BPOM) yang semestinya memberikan perlindungan dan pengecekan setiap produk yang beredar di masyarakat.

Kita boleh saja risau, tapi semestinya tak terlalu risau. Apakah akan membahayakan kesehatan atau tidak, tentu banyak faktor yang menyebabkannya. Di sini saya hanya ingin menyampaikan pemikiran saya pribadi perihal cacing pada umumnya, yang mungkin tidak ilmiah atau tidak bisa dipercaya.

Pertama, berbicara mengenai cacing, secara umum ia termasuk salah satu makhluk ciptaan Tuhan. Ia ada bersama kita, ia hadir di dalam kehidupan kita. Ia merupakan bagian dari ekosistem dalam mata rantai kehidupan yang saling ketergantungan dan berhubungan. Cacing ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Bahkan, cacing juga bersemayam di dalam tubuh manusia.

Kedua, saya sebagai petani justru berharap agar tanah di kebun atau di sawah saya terdapat banyak cacingnya, pertanda bahwa tanah itu masih subur. Tanah yang sudah tidak ada cacingnya, pertanda tanah itu tak subur lagi.

Ketiga, bagi yang hobi memancing, cacing bisa menjadi salah satu umpan untuk memancing. Sewaktu saya kecil, jika liburan sekolah, saya biasa memancing ikan di sungai dengan memanfaatkan cacing sebagai umpan. Selain mudah didapat di mana saja, tentu tidak perlu membeli.

Keempat, bagi yang menderita penyakit tipes atau penyakit lainnya, cacing bisa dijadikan sebagai obat alami yang mudah dan murah. Cacing tersebut bisa direbus kemudian diminum airnya, atau digoreng sangray dan dibuat seperti bubuk kopi untuk kemudian diminum. Bahkan, perusahaan telah membuat kapsul cacing agar lebih praktis.

Kelima, cacing membantu dalam proses penguraian mayat untuk kembali ke asal mula kejadian, yaitu kembali menjadi tanah. Kadang terlihat aneh, sebab pada awalnya ketika tanah digali tidak dijumpai cacing. Lalu ketika mayat dikubur, mendadak banyak cacing yang siap melaksanakan tugasnya. 

Sepertinya, cacing itu keluar secara otomatis dari tubuh mayat itu sendiri. Sebagai perbandingan, ketika kita menyimpan buah-buahan agak lama, secara alamiah buah itu akan membusuk, yang ditandai adanya ulat-ulat yang ada di dalam buah tersebut. Dari mana ulat-ulat itu muncul, padahal ketika buah itu masih segar dan kita makan, kita tidak menemukan ulat satu pun. Sepertinya, ulat-ulat itu muncul dari buah itu sendiri, yang mendapat tugas dari Tuhan untuk menguraikan buah itu kembali ke alam (asalnya).

Cacing Bahaya atau Tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun