Mohon tunggu...
Rifani Indragiri
Rifani Indragiri Mohon Tunggu... lainnya -

Laki-laki yang terinspirasi dengan kalimat :"Rancangan Allah jauh lebih indah dan sempurna ketimbang keinginan manusia".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keutamaan Bulan Zulhijah

5 November 2010   06:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:50 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam bulan Zulhijah banyak kita temui keistimewaan yang diberikan Allah kepada umat Islam yang beribadah di dalamnya juga disebutkan sebagai bulan penuh ampunan dan doa dikabulkan.

Sebagai mana dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Huairah dari nabi Muhamad SAW bersabda :”Tidak ada hari yang disukai oleh Allah untuk menyembah-nya daripada sepuluh hari bulan Zulhijah , berpuasa setiap hari daripadanya sebanding dengan sembahyang pada malam Lailaturqadar”.

Diantara ibadah yang danjurkan kita untuk dilakukan kiranya kita dapat melihat pada salah satu hadist Nabi Muhammad SAW :”Satu bacaan yang paling utama saya baca dan dibaca pula oleh para Nabi sebelumku pada hari-hari yang sepuluh ini adalah “La ilaaha ilallah wahdahu laa syarikhalahu – Tidak ada Tuhan melainkan Allah yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya”.

Berpuasa dibulan Zulhijah dari hari pertama hingga kesembilan ( hari Arafah ) adalah sunat muakkhadah, begitu juga juga hari kedelapan ( hari Tarwiyah ) sebagai langkah berjaga-jaga terhadap hari Arafah.

Kita perhatikan pula hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang berarti : “Hari ini disaat Allah mengampuni Nabi Adam Alaihissalam adalah hari pertama Zuhijah. Barang siapa berupasa pada hari itu , maka Allah mengampuni segala dosanya”.

Pada hari kedua , Allah telah mengabulkan doa nabi Yunus Alaihisalam dan mengeluarkannya dari perut ikan. Barang siapa berpuasa pada hari itu , maka seperti orang yang beribadah kepada Allah Taala selama satu tahun serta tidak mendurhakai Allah dalam ibadahnya meskipun sekejap mata.

Pada hari ketiga ,Allah telah mengabulkan doa Nabi Zakaria Alaihisalam. Barang siapa berpuasa pada hari itu, maka Allah akan mengabulkan doanya.

Pada hari ke empat, Nabi Isa Alaihisalam dilahirkan . Barang siapa berpuasa pada hari itu ,maka Allah akan meniadakan/menghilangkan kesusahannya,kefakiranya dan pada hari kiamat dia akan bersama dengan orang-orang yang baik-baik dan mulia.

Pada hari ke lima , Nabi Musa Alaihisalam dilahirkan dan barang siapa berpuasa pada hari itu , maka ia bebas serta terhindari dari kemunafikan dan siksa kubur.

Pada hari ke enam , Allah Taala telah membuka kebaikan untuk nabi-Nya . Barang siapa berpuasa pada hari itu , maka Allah akan memperhatikannya dengan kasih sayang dan dia tidak disiksa sesudah itu.

Pada hari ke tujuh , semua pintu-pintu neraka jahanam ditutup dan tidak dibuka-buka sehingga berlalu hari yang sepuluh itu . Dan barang siapa berpuasa pada hari itu, maka Allah menghindarkan daripadanya tiga puluh pintu kesukaran dan membuka baginya tiga puluh pintu kemudahan.

Pada hari ke delapan, dinamakan hari Tarwiyah . Barang siapa berpuasa pada hari itu maka dia diberikan pahala yang hanya diketahui Allah Taala sendiri.

Pada hari ke sembilan , disebut juga sebagai hari Arafah . Barang siapa yang berpuasa pada hari itu , maka sebagai tebusan dosanya pada tahun yang telah lalu dan yang akan datang . Dan pada hari itu pula diturunkan ayat :”Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu akan agamamu dan Aku sempurnakan pula nikmatku kepadamu”

Pada hari ke sepuluh hari raya Idul Adha . Barang siapa berkorban denganb suatu korban , maka mulai titisan darah korban yang terjatuh ketanah Allah mengampuni semua dosanya dan dosa-dosa keluarganya dan barang siapa memberi makan orang mukmin atau bersedekah dengan suatu pemberian , Maka Allah Taala akan akan membangkitkan dia pada hari kiamat dengan selamat dan timbangannya pun menjadi lebih berat dari pada gunung Uhud.

Moga-moga kita menjadi bagian dari apa yang telah dijelaskan diatas dan tentunya ini kembali kepada diri kita masing-masing. Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

( Diangkat kembali dari Buletin Kelola Pusat Dakwah Islamiah Negara Brunai Darussalam. )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun