Mohon tunggu...
Muhammad Reza Zaini
Muhammad Reza Zaini Mohon Tunggu... -

An anthropolgy and sociology enthusiast. Bachelor from FISIP UI.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

5 Mitos Kemerdekaan RI

12 Agustus 2016   13:46 Diperbarui: 13 Agustus 2016   03:01 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mitos #4

Kemerdekaan RI adalah hasil juang yang didominasi oleh kaum laki-laki, dengan perempuan sebagai pihak pasif.

Fakta

Dalam berbagai visualisasi, peristiwa Kemerdekaan RI seringkali menunjukkan identitas maskulin pria dan menggambarkan perempuan sebagai pihak tak berdaya. Ini ditunjukkan entah dalam monumen atau film. Mungkin pembaca juga familiar dengan berbagai monumen yang menunjukkan pejuang laki-laki berdiri dengan gagah dan terdapat sosok perempuan yang hanya terduduk lesu dan pasrah dengan kepergian si-laki-laki ke medan pertempuran.

Faktanya, banyak perempuan yang turut angkat senjata bahkan mengomandani pasukan, seperti Opu Daeng Risadju yang memimpin pemberontakan terhadap tentara NICA di tahun 1946. Sayang, Opu Daeng Risadju, yang lahir dan besar di Sulawesi Selatan, pada akhirnya ditangkap oleh pasukan Belanda dan dipenjara. Selama masa penahannya tersebut, ia bahkan harus menerima penyiksaan secara fisik. Ada pula Johanna Masdani yang merupakan aktivis mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan salah seorang pemudi yang hadir pada Sumpah Pemuda.

Mitos #5

RI adalah warisan kuno kerajaan-kerajaan pribumi Nusantara

Fakta

Sukarno tidak pernah mengakatan bahwa Indonesia adalah warisan kerajaan kuno Nusantara. Justru Sukarno mengatakan bahwa kerajaan kuno Nusantara adalah warisan budaya Indonesia.

Lebih jauh, Sukarno memberikan definisi Indonesia sebagai sebuiah teritori kepulauan di Asia Tenggara yang merupakan daerah bekas jajahan Belanda. Oleh karena itu, NKRI adalah sebuah konsep politik yang modern, bukan sebuah konsep primordial yang didasarkan oleh kesukuan.

Maka, bangsa Indonesia bukanlah mereka yang keturunan “pribumi” saja. Bahkan sebenarnya istilah “pribumi” dan “non-pribumi” tidak dikenal Indonesia bila mengacu pada definisi Sukarno tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun