Mohon tunggu...
Herlya Inda
Herlya Inda Mohon Tunggu... Administrasi - Momhomeschooler

I am the ordinary mom, love Kids, Playing, sometimes writing bout me & Kids activity and homeschooling. visit my blog at https://www.herlyaa.com/

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Mendapatkan Kesenangan Saat Berbelanja Tetap Bisa Tanpa Perlu Kalap

2 Mei 2020   20:13 Diperbarui: 2 Mei 2020   20:18 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isi Belanjaan -dokpri

Awal bulan merupakan momen penting sebagian besar orang yang menerima gaji bulanan untuk berbelanja kebutuhan.  Jadi jangan heran kalau pusat perbelanjaan selalu penuh ditanggal-tanggal awal.  Meskipun sebagian orang lagi yang sistem gajiannya di ujung bulan, kerap kali ikut memenuhi antrian ular di supermarket.

Sebelum masa pendemik Covid19, untuk keperluan berbelanja supermarket, saya selalu mengajak anak-anak berbelanja.  Mungkin mirip dengan keluarga lainnya yang memanfaatkan waktu berbelanja sekaligus mengisi waktu kebersamaan bersama anak-anak.  Namun tidak lagi pada saat sekarang.  Saya ragu mengajak anak-anak ikut berbelanja karena kebiasaan kami yang sering berlama-lama di supermarket untuk bersenang-senang.

Saatnya mencatat kebutuhan

Tidak ingin menyamakan dengan keluarga lainnya, namun mencatat kebutuhan rumah sebelum berbelanja dalam catatan notepad handphone selalu menjadi kebiasaan saat saya masih kuliah.   Meniru kebiasaan kakak saya yang lebih dulu jauh dari orangtua saat SMA, akhirnya kebiasaan itu menular kepada saya dan terbawa hingga hari ini.

Cara mencatat kebutuhan adalah dengan membatasi jatah uang belanja setelah dipotong keperluan utama lainnya.  Mendahulukan barang-barang yang sudah habis, kemudian dilist akhir baru memasukkan daftar keinginan. Jadi targetnya adalah memenuhi kebutuhan utama terlebih dahulu dan sifatnya mendesak. Daftar keinginan pun tetap di catat berdasarkan kebutuhan paling utama dulu.

Berburu barang belanjaan 

Biasanya ketika berbelanja bersama anak-anak, kami selalu bermain berburu belanjaan.  Dengan membatasi beberapa lorong, saya meminta anak-anak mencari barang yang dibutuhkan dan sesuai catatan.  Mengenai merk, ada yang saklek tetap sama kami gunakan karena sudah sesuai, namun beberapa lagi sifatnya fleksibel.  Disinilah kesenangan dimulai.  Seringkali supermarket beberapa kali mengubah peletakan barang.  Mungkin tujuannya demi marketing? Saya kurang paham mengenai hal itu, namun di saat mencari barang yang dibutuhkan, perubahan pola peletakan barang membuat permainan kami menjadi semakin seru.   Bertanya kepada pramuniaga ketika mata lieur tidak menemukan barang yang dicari, sementara saya menetapkan waktu saat mengambil barang tersebut.   Bahkan jika ada pilihan label harga berbeda menjadi lebih murah dari biasanya anak-anak akhirnya memutuskan apakah berubah pilihan atau tetap pada pilihan awal.  Membandingkan harga, keuntungan, termasuk komposisi kandungan barang, dan masa tanggal kadaluarsa menjadi hal keren buat anak pertama saya.

Tergoda mengambil lebih

Untuk barang-barang berupa bahan mentah, saya cenderung berbelanja di pasar tradisional, namun untuk beberapa jenis item yang sulit ditemukan di pasar tradisional, tidak menutup mata kami untuk membelinya di supermarket.  Mencoba buah dan sayur yang cukup aneh di dengar anak-anak, memberikan kepuasan meskipun kami membelinya dalam jumlah kecil.  Mencoba memilih bahan berkualitas, membandingkan perbedaan varietasnya dan menimbang di tempat khusus adalah permainan lain yang tidak kalah seru untuk anak-anak terutama anak saya yang kecil.

Godaan yang kadangkala muncul adalah mengambil dalam jumlah banyak hingga mengambil jenis lainnya yang tak kalah 'aneh'.   Membatasi hingga maksimal 3 item atau dengan batasan harga membuat anak-anak saling berargumen bahwa pilihannya lebih layak dibandingkan lainnya.  Rame dan menggelikan hingga mencoba merayu meskipun mereka tahu, rayuan itu sering banyak gagalnya.  Jangankan mereka, sampai hari inipun saya masih terus belajar menentukan keputusan yang paling menguntungkan, hehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun