Mohon tunggu...
Luthfy Avian Ananda
Luthfy Avian Ananda Mohon Tunggu... Penulis - Kuli Tinta

Pernah belajar di Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa yang Pantas Mendampingi Joko Widodo?

8 April 2018   14:32 Diperbarui: 9 April 2018   01:05 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri (Foto: kompas.com)

Kegamangan Prabowo Subianto untuk segera mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2019 penantang utama Joko Widodo membuat spekulasi yang semakin berkembang sangat liar bak bola api. Bahkan beberapa pengamat sempat memunculkan kemungkinan jika Prabowo merapat ke kubu Joko Widodo sebagai calon wakil presiden ketimbang bersikeras maju sendiri namun presidential threshold yang dimiliki koalisinya tidak kunjung cukup untuk digunakan sebagai bahan bakar bertempur di 2019 nanti. 

Kemungkinan itu sudah diamini oleh orang dalam Partai Gerindra sendiri, yakni Hashim Djojohadikusumo yang tidak lain merupakan adik Prabowo Subianto. Ketika ada pertanyaan apakah pihak koalisi Joko Widodo pernah meminta Prabowo Subianto menjadi calon wakil presiden, ia hanya menjawab dengan senyum penuh makna. "Saya senyum saja. 

Tidak bantah. Saya kan orang Jawa, anda bisa terjemahkan lah, bisa tafsirkan sendiri," katanya. Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun dari survei Saiful Munjani Reasearch and Consulting (SMRC) menyebutkan bahwa ada sekitar 66,9 persen responden mengiyakan jika Joko Widodo berdampingan bersama Prabowo Subianto pada 2019. "Ada keinginan masyarakat untuk menggabungkan Jokowi dengan Prabowo di Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 nanti. Mayoritasnya mengatakan setuju sebanyak 66,9 persen," ungkap Djayadi Hanan, Direktur Utama SMRC. 

Walaupun demikian, sepertinya kemungkinan itu akan semakin tergerus, pasalnya Luhut Binsar Panjaitan sudah menjelaskan apa yang direncanakan oleh Prabowo sekaligus mengklarifikasi pertemuan tertutup dengan mantan Komandan Jenderal Kopassus tersebut beberapa hari yang lalu. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman itu mengungkapkan bahwa Prabowo Subianto sedang mempersiapkan diri untuk kembali bersaing dengan Joko Widodo menjadi Capres 2019. "Dia (Prabowo) lagi mempersiapkan diri untuk maju," kata Luhut saat ditemui dalam acara Partai Golkar di Jakarta, Sabtu (7/4/2018).

Agaknya permintaan dari kalangan masyarakat akar rumput yang sangat besar untuk menyandingkan Joko Widodo bersama Prabowo Subianto dalam pesta demokrasi 2019 nanti akan sulit terlaksana karena memang pada kenyataannya Prabowo masih berniat untuk menduduki jabatan sebagai RI 1. Selain itu, soliditas partai koalisi yang tergabung dalam kubu oposisi juga sudah teruji selama 3,5 tahun terakhir ini. 

Dari banyaknya partai oposisi yang menyebrang ke pendukung pemerintahan seperti PAN, PPP, Golkar, tetap tidak mempengaruhi keharmonisan antara Gerindra dengan PKS yang masih bertahan sampai saat ini. Soliditas itu juga perlu diwaspadai oleh PDIP sebagai partai utama pengusung Joko Widodo. Jika partai berlogo banteng tersebut tidak pandai menjaga harmoni dengan parpol lainnya, dikhawatirkan akan ada partai yang pecah kongsi dengan pihak pendukung Jokowi dan menyeberang ke tim oposisi.

Menimbang karakter oportunis Muhaimin Iskandar juga rasanya tidak etis jika dikaitkan dengan kebiasaan dalam adat Jawa. Walaupun memang sifat oportunis itu sangat diperlukan dalam dunia politik, tetapi orang Jawa bilang yang terlebih dahulu meminta-minta terkadang malah tidak akan mendapatkan apa-apa. Jika memang yang terjadi demikian, maka siap-siap saja Joko Widodo kehilangan nama Partai Kebangkitan Bangsa dari daftar partai yang mendukungnya. 

Masih ada cara lain untuk mempertahankan PKB, yakni dengan menawarkan posisi Menteri kepada Cak Imin, tetapi saya ragu beliau mau menerima mengingat kenyataan tekadnya bahwa dimanapun posisinya, ia harus tetap menjadi calon wakil presiden Republik Indonesia 2019. Kecuali jika pihak oposisi juga tidak menawarkan posisi apapun kepada Wakil Ketua Majelis Perwakilan Rakyat Tersebut, bisa jadi PKB akan dibawanya bagaikan kutu loncat yang mencari tempat manapun asalkan menguntungkan bagi pihaknya. 

Nama Muhaimin Iskandar sendiri juga terancam dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu karena Komisi Pemberantasan Korupsi pernah mengungkap jika Cak Imin termasuk dalam daftar nama calon Menteri kabinet pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla  di 2014 yang mendapatkan rapor merah. Hal ini bisa sangat menggerus elektabilitas dan perolehan suara Joko Widodo.

Lalu bagaimana dengan peluang Agus Harimurti Yudhoyono untuk mendampingi Joko Widodo? Sejujurnya saya sangat tertarik untuk membicarakan bagian ini karena selalu membayangkan indahnya cinta lama bersemi kembali antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri. Saya pun juga kagum dengan prestasi mentereng di bidang militer yang pernah ditorehkan oleh AHY sebelum akhirnya pensiun untuk berserah diri di dunia politik. 

Walaupun sudah punya pengalaman di Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu yang lalu, namun menurut hemat saya Agus Harimurti Yudhoyono masih membutuhkan beberapa sentuhan ilmu politik dan birokrasi agar benar-benar siap menjadi pemimpin dan pelayan rakyat. Oleh sebab itu, saya jauh lebih sepakat jika AHY mendampingi Joko Widodo sebagai Menteri kabinet yang akan datang jika Jokowi kembali terpilih menjadi Presiden RI 2019. Mungkin posisi Menteri Pertahanan seperti halnya rekomendasi dari Partai Solidaritas Indonesia adalah tempat paling tepat bagi AHY saat ini. Semoga hal ini tidak lantas mempengaruhi intensitas hubungan antara PDIP dengan Partai Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun