Mohon tunggu...
Luthfiyah Rahadatul Aisy
Luthfiyah Rahadatul Aisy Mohon Tunggu... Mahasiswa - 210105110043 PIAUD A

Hallo semuanya selamat datang, terima kasih telah berkunjung ke profile kami.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teman Sebaya dalam Bermain Berpengaruh terhadap Kehidupan Sosial

26 November 2022   12:52 Diperbarui: 26 November 2022   13:03 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coba anda perhatikan dan amati gambar di atas.

Menurutmu, aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh beberapa anak tersebut? apakah sedang bermain? Mereka tampak bahagia dan asik menikmati permainan, bukan? Coba perhatikan, anak yang sedang bermain kereta api dengan menghampit balon di perutnya sampai tertawa bahagia. Pertanyaannya, sebenarnya bermain itu apa sih? terus tujuan dari bermain itu sebenarnya apa?. Dari sini coba anda kembali ingat waktu dulu saat bermain, bagaimana perasaan, suasana, serta perilaku anda ketika bermain.

Bermain dapat memberikan anak peluang untuk mengeksplorasi berbagai hal di dalamnya. Dalam situasi yang seperti itulah pada akhirnya anak akan menemukan apa yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya. Situasi itulah dikatakan sebagai situasi anak belajar. Artinya, bermain sebagai ranah yang mana anak dapat belajar mengenai apa saja, bisa mengenai objek, suatu kejadian, situasi atau kondisi, dan konsep (seperti kasar, halus, dan sebagainya). 

Melalui bermain, anak akan terlatih dalam koordinasi berbagai otot gerak, seperti otot jari. Kemudian anak juga dapat berlatih untuk mencari penyebab dan akibat suatu masalah juga penyelesaian dari masalah tersebut. Eits, bukan hanya itu saja, tetapi juga dengan bermain anak dapat mengekspresikan perasaannya dan berusaha mendapatkan sesuatu.

Piaget mengatakan bahwasanya bermain tidak hanya menggambarkan tahapan perkembangan anak, tapi juga besar bantuan yang diberikan terhadap perkembangan kognisi si anak. Terlebih lagi piaget mengatakan bahwa ada kaitan atau hubungan antara perkembangan bermain dengan perkembangan kecerdasan seseorang. Adapun beberapa tahapan bermain menurut Jean Piaget, diantaranya:

1. Sensory Motor Play (3/4 bulan hingga 2 tahun)
Berada pada tahap ini dimana anak ketika bermain, mereka menikmatinya dengan sensor-sensor otot yang ada pada tubuh terutama pada kelima indera. Contohnya, anak sangat suka untuk memasukkan benda atau mainan ke dalam mulut mereka, sebab itu cara mereka untuk menikmati aktivitas tersebut. Piaget mendasari tahapan ini yakni berdasar pada tahap perkembangan kognitif pada anak yang berusia 0-2 tahun dengan sensory motor sebab anak berusaha untuk mengenali lingkungan serta melalui sensor-sensor otot anak memperoleh informasi tentang lingkungan.

2. Symbolic/make Believe Play (2-7 tahun)
Berada di tahap ini, anak sudah masuk pada praoperasional konkrit, yakni  memahami informasi dengan benda-benda konkret. Di tahap ini, imajinasi anak berkembang secara pesat, dengan itu anak memasuki permainan berpura-pura atau disebut dengan symbolic/make believe play. Di tahap ini juga perkembangan sosial anak semakin baik dibuktikan dengan anak yang senang ketika bermain dengan teman sebayanya. Bukan hanya itu, Kohlberg juga mengatakan pada usia ini, anak patuh terhadap aturan yang telah dibuat sebelumnya. Piaget mengelompokkan pada anak yang berusia 8-11 tahun merupakan tahap bermain sosial dengan aturan.

3. Games with Rules and Sports (11 tahun keatas)
Memasuki tahapan ini, anak  berada pada tahap perkembangan kognitif formal operasional. Dimana anak mampu berpikir secara abstrak layaknya orang dewasa, dengan begitu pada tahap ini anak mampu menggunakan aturan juga olah raga dalam menikmati aktivitas bermain. 

Sama seperti Piaget, Vygotsky juga mengatakan bahwasanya bermain memiliki peran langsung bagi perkembangan kognitif dari seorang anak. Menurutnya, anak tidak begitu saja menguasai pengetahuan sebab faktor kematangan, namun melalui interaksi yang aktif dengan lingkungannya. Dalam hal ini, bermain sebagai wadah bagi anak untuk membangun pengetahuan dengan adanya interaksi aktif juga aspek yang termasuk seperti halnya fungsi dan peran. 

Anak dengan ciri khasnya yakni individu yang aktif dapat membangun konsep-konsep yang dibutuhkan atau diperlukan dalam proses bermain. Contohnya, memahami bentuk, fungsi, dan karakteristik suatu benda. Selain itu, anak juga menciptakan konsep yang bersifat abstrak, seperti aturan, nilai-nilai, dan kultur.

Dari pemaparan materi di atas, maka teman sebaya juga berperan terhadap perilaku dalam kehidupan sosial. Lazimnya, anak yang dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, maka mudah bagi dia untuk memperoleh teman. Hal ini berbeda dengan anak yang tidak dapat menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya dengan baik. Untuk itu, bermain harus diajarkan pada anak dengan teman sebayanya, diperuntukkan agar dapat melatih dirinya dalam bersosialisasi juga berinteraksi sejak dini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun