Mohon tunggu...
Moch Luthfi Prayogi
Moch Luthfi Prayogi Mohon Tunggu... Lainnya - sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan semuanya akan kembali kepada Allah

Moch Luthfi Prayogi adalah mahasiswa Stiamak Barunawati Surabaya program studi Ilmu Administrasi Logistik dan Kepelabuhanan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Arti Tauhid

18 Januari 2021   20:02 Diperbarui: 18 Januari 2021   20:23 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diantara ilmu Agama, Ilmu Tauhid menduduki posisi paling mulia dan utama dibanding ilmu lain, sebab ilmu tauhid mengajarkan tentang Allah Azza wa Jalla, Hakikat Dzat-Nya, sifat-sifat dan asama-Nya, dan hak-hakNya terhadap hambaNya.

Di Indonesia, banyak masyarakat yang salah dalam memahami tauhid. Mereka menyangka yang namanya tauhid itu adalah hanyalah meyakini Allah adalah Tuhan. Diantara persangkaan mereka adalah, selama mereka tidak masuk ke agama lain, atau selama kita tidak meyakini ada pencipta selain Allah, maka mereka masih berstatus muslim. Sehingga banyak dari mereka mengira memakai jimat, meminta-minta kepada kuburan, dan mendatangi dukun tidak menjadikan mereka terjerumus ke dalam kesyirikan.

Untuk menjadi seorang yang dikatakan telah benar-benar bertauhid dibutuhkan ilmu yang benar. Maka itu setiap muslim wajib bersungguh-sungguh mempelajari ilmu tauhid. Serius mencari ilmu yang benar berdasarkan Al-qur-an dan As-Sunnah. Dengan menempuh cara seperti itu, dijamin seseorang terhindar dari pemahaman tauhid yang sesat dan keliru.

PEMBAGIAN MAKNA TAUHID 

Sebagian besar ulama menjelaskan bahwa terdapat tiga macam makna tauhid, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma wa Sifat. Metode pembagian ini bertujuan untuk menjelaskan definisi tauhid dengan baik dan mudah dipahami, sebagaimana bila kita belajar bahasa arab untuk mempelajarinya harus dibagi menjadi 3 yaitu Fi'il, Isim, dan huruf, agar mudah dipahami.

  • Tauhid Rububiyyah 

Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan. Allah adalah Raja, Penguasa dan Rabb yang mengatur segala sesuatu. 

  • Tauhid Uluhiyyah 

Tauhid Uluhiyyah artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala apabila hal itu disyari'atkan oleh-Nya, seperti berdo'a, Shalat, Berkurban, dan segala apa yang disyari'atkan dan diperintahkan Allah Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya. Dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah. Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apa pun. Bila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya (apabila dia mati dalam keadaan tidak bertaubat kepada Allah atas perbuatan syiriknya).

Namun, orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka masih saja mengambil sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka menyembah, meminta bantuan dan pertolongan kepada sesembahan-sesembahan itu dengan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagian ulama Salaf berkata, "Jika kalian bertanya kepada mereka, 'Siapa yang menciptakan langit dan bumi?' Mereka pasti menjawab, 'Allah.' Walaupun demikian mereka tetap saja menyembah kepada selain-Nya.

  • Tauhid Asma' wa Shifat Allah 

Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu berupa Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mensucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Sifat-Sifat Allah, baik yang terdapat di dalam Al-Qur-an maupun dalam As-Sunnah, dan tidak boleh ditakwil.

Allah menciptakan kita, tidaklah untuk dibiarkan begitu saja. Tidaklah kita diciptakan hanya untuk makan dan minum atau hidup bebas dan gembira semata. Akan tetapi, ada tujuan yang mulia dan penuh hikmah di balik itu semua yaitu melakukan ibadah kepada Sang Maha Pencipta. Ibadah ini bisa diterima hanya dengan adanya tauhid di dalamnya. Jika terdapat noda-noda syirik, maka batallah amal ibadah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun