Mohon tunggu...
Luthfi Kenoya
Luthfi Kenoya Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat Senja dan Kopi

S2 Ilmu Politik Universitas Indonesia | "A little Learning is dangerous thing" | find me at Instagram, Line, Twitter, Facebook, Linkedln by ID: @Luthfikenoya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat untuk Teman Para Aktivis, Relasi Manusia dan Alam

29 Juni 2018   17:39 Diperbarui: 29 Juni 2018   19:32 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Orasimu tuan, gagah bak singa jantan menerkam mangsanya, kelakarmu tajam menusuk jantung istana, geram mencabik-cabik penyelewengan para penguasa. Teriakanmu, masih juga ku ingat, membahana porak-prandakan sistem negara. 

Gerangan macam apa tuan? Menantang raja dengan telunjuk menjulang.Dan aku masih memikirkan tuan, bayanganmu masih juga lekat tanpa sekat. Sewaktu-waktu tuan pernah sampaikan perkara Darwin yang telah mewariskan semangat penaklukan dan oleh karenanya, kata tuan, kita memang terjebak dalam paradigma alam sebagai objek (antroposentrisme) dan parahnya mewajari eksploitasi. 

Ekspresi percaya diri tuan sulit sahaya tolak, dan tuan masih melanjutkan "beberapa dari kita hadir merespon dengan kritik tajam dan meninjau esensi alam seutuhnya (naturalism) tapi kemudian malah mengisolasi manusia sebagai subjek utama" kiranya posisi tuan jelas-jelas tidak suka dengan para naturalis itu, karena selanjutnya tuan sangsikan "yang seperti itu (naturalisme) hanya akan membawa kita pada sakralisasi terhadap alam", tuan menutup dengan tanya "lantas maukah kita mundur dan kembali ke zaman batu?" seringai ekspresi kemenangan itu masih terekam dalam memoriku.

Sebelumnya mohon maf tuan, kiranya pengalaman tuan menjadi aktivis sudah malang melintang dibanding sahaya, tapi tuan tanpa sadar seringkali menutup diri dari kemajuan paradigma dewasa ini. 

Begini tuan, tanpa mengurangi kesopanan, tuan sendiri mengatakan sakralisasi pada alam adalah kemunduran, tapi nyatanya bagi masyarakat pedesan kepercayaan itu melahirkan tingkah laku yang bersahaja terhadap alam. Sedangkan tuan yang senantiasa hidup di perkotaan justru terbiasa dengan gedung-gedung pencakar langit dan baik tuan ataupun orang-orang kota menganggap alam tak lebih dari hiasan jalanan dan taman kota. 

Latar belakang tuan sendiri telah mengurangi perhatian tuan terhadap alam, alih-alih memperjuangkan kebenaran, tuan sendiri lupa memperjuangkan alam yang dieksploitasi.Bukankah tuan yang mengajari sahaya tentang Heidegger, kata tuan, makna itu seringkali tersembunyi dalam pengertian yang mendalam, samar tetapi ia merupakan yang ada/being. 

Potongan kalimat itu tuan gunakan untuk mengajak orang menjadi kritis, sedangkan tuan campakan istilah in-der-Welt-sein (ada-dalam-dunia) dari Heidegger. 

Tidak bisakah kita mulai diskursus ini dari pengantar yang sama? Bahwa kehampaan manusia dalam dunia modern dikarenankan telah tercerabutnya manusia dari alam. Jangan dulu menyela dan berkelakar tuan, biar ku habiskan pandanganku, bukankah manusia berpotensi untuk menyibak kebenaran? Terutama dari alam (Fenomenologi). Oleh karenanya manusia tidak hanya sebagai subjek seperti antroposentrik tetapi juga subjek yang mengada, dasein. 

Namun sahaya juga tidak sedang mendorong tuan untuk menjadi kaum etikus lingkungan dengan pertimbangan moral terhadap alam, pasalnya rasa empati terhadap suatu entitas non-rasional rasanya sulit tercapai.

Sakarang saya sampai di penghujung, saya mulai dari Darwinisme yang tidak hanya mengajari penaklukan tetapi bahwa survivalitas bukan milik si kuat atau si cerdas namun milik mereka yang beradapatasi. 

Darwin sendiri mensyaratkan hakekat manusia yang senantiasa beradaptasi, termasuk dari lingkungan alamnya. Bahkan Montesquieu menegaskan bahwa kondisi geografis, iklim dan fenomena alam menjadi faktor yang membedakan tipe/bentuk negara yang berbeda-beda. Entah Montesquieu luput, lompat terlalu jauh atau bacaan saya tidak utuh yang jelas lingkungan atau alam (nature) bukan dunia (world) telah membentuk kesadaran subjek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun