Mohon tunggu...
Endah Luthfiana
Endah Luthfiana Mohon Tunggu... -

saya anak pertama dari dua bersaudara. saya menyukai tantangan dan entah kenapa, saya sering menyukai hal-hal yang kebanyakan orang justru tidak suka...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pejabat dan Prinsip: "Duren duren Roti roti, Mbiyen Mbiyen Saiki Saiki"

13 Desember 2011   12:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:22 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai seorang yang bertanah kelahiran Salatiga, saya merasa malu dan kecewa. Ketika saya membaca berita di media masa bahwa ISTRI WALIKOTA SALATIGA (YULIANTO) MENJADI TERSANGKA KORUPSI. Saya mulai menelusuri dan membaca berita tersebut.Ternyata beliau menjadi tersangka korupsi JLS. Tak hanya itu, saya lebih terkejut ketika membaca lebih lanjut. Ketika ada pernyataan, diduga korupsi ini berkaitan dengan walikota sebelumnya (John Manoppo) dan suami tersangka, Yulianto.

Apa-apaan ini??? Kami dibodohi. Jujur, saya tidak terima. Ingin rasanya menghujat mereka. Petinggi yang tak tahu malu. Wakil rakyat yang menusuk dari belakang. Bak kacang lupa kulitnya, pula. Sekali lagi saya nyatakan, SAYA KECEWA. Seperti yang kita ketahui bersama, di setiap pemilu pasti tak lepas dari money politic. Entah berapapun besarnya, pasti ada. Hanya dengan modal awal uang, 50ribu tiap orang, mereka suguhkan janji manisnya. Cocok sekali dengan lagu Nidji : mana janji manismu??

Rakyat pun tahu bahwa “mereka” akan ingkar dengan janji pemilu ketika sudah dilantik. Seolah-olah mereka menggunakan prinsip : duren duren roti roti, mbiyen mbiyen saiki saiki (durian durian roti roti, dulu dulu sekarang sekarang).

Hm, sampai saat ini saya masih bingung. Kenapa banyak petinggi melakukan korupsi?? Mereka pastinya manusia terdidik. Mereka pastinya beragama. Mereka pastinya tahu adat dan budaya. Tentunya mereka tahu tentang dosa. Satu pertanyaan lagi, apakah gaji mereka kurang dan berapa sih gaji mereka??? Mungkin saja mereka selau berjalan mendongakkan kepala. Tak pernah menunduk dan melihat di sekeliling mereka. Bahkan mereka seraya menutup telinga. Mereka selalu berpura-pura. Padahal banyak yang berteriak :Woy, di sini kami kelaparan! Penguasa..penguasa..beri hambamu uang, beri hamba uang! (en)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun