Mohon tunggu...
Lutgardis Hl
Lutgardis Hl Mohon Tunggu... Diamku bukan kosong, tapi penuh dengan rasa; Aku mencintai dalam sunyi, memberi tanpa banyak kata

Aku hanya ingin menggoreskan kata, membiarkan tinta mengalir memenuhi kertas, merekam rasa yang tak bisa terucap. Tak perlu puisiku menggoncang dunia, cukup jika suatu hari nanti, seseorang membaca satu bait kecilku, dan hatinya bergetar-meski hanya sebentar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iman Dalam Ketidakpastian (Luk. 1:26-38)

25 Maret 2025   09:52 Diperbarui: 25 Maret 2025   09:52 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

          Injil Lukas 1:26-38 menceritakan momen yang mengubah sejarah. Seorang gadis sederhana di Nazaret, Maria, menerima kabar yang mengejutkan dari Malaikat Gabriel: ia akan mengandung dan melahirkan seorang Anak yang akan disebut Anak Allah. Ini bukan sekadar kisah keagamaan, tetapi juga cerminan dari bagaimana manusia menanggapi panggilan yang mengubah hidup.

          Maria bukanlah seorang tokoh besar dalam masyarakat. Ia bukan ratu, bukan pemimpin, bukan orang kaya yang berpengaruh. Ia hanyalah seorang perempuan muda dengan kehidupan yang biasa. Namun, justru di dalam kesederhanaan itulah Allah berkenan hadir. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan tidak memilih berdasarkan standar dunia. Ia memandang hati, bukan status.

          Saat kabar itu datang, Maria bisa saja menolak. Ia bisa mempertanyakan rencana Tuhan atau lari dari tanggung jawab yang begitu besar. Namun, yang membuat Maria istimewa bukanlah sekadar peran yang diberikan kepadanya, melainkan sikap hatinya. "Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu," jawabnya. Ini adalah ketundukan yang lahir dari iman, dari keyakinan bahwa apa pun yang Tuhan rencanakan pasti baik, meskipun tampaknya berat dan di luar pemahaman manusia.

          Kisah ini bukan hanya tentang Maria. Ini adalah tentang kita semua. Setiap orang dalam hidupnya akan mengalami saat di mana Tuhan mengetuk pintu hati---memanggil untuk melakukan sesuatu yang mungkin terasa menakutkan, di luar rencana, atau bahkan tampak mustahil. Kita bisa menolak, meragukan, atau mencoba menghindar. Atau, kita bisa belajar dari Maria: menerima dengan iman, percaya bahwa ketika Tuhan memilih, Ia juga akan menyertai.

          Dunia modern sering mengajarkan kita untuk mencari kendali, memastikan segalanya berjalan sesuai rencana, dan menolak ketidakpastian. Namun, kisah Maria mengingatkan bahwa justru dalam kepasrahan yang penuh iman, keajaiban bisa terjadi. Tuhan tidak mencari yang sempurna, tetapi mereka yang bersedia berkata, "Ya."

          Maka, ketika panggilan-Nya datang dalam hidupmu---entah dalam bentuk tanggung jawab baru, tantangan yang tidak terduga, atau jalan yang berbeda dari yang kau rencanakan---ingatlah Maria. Tuhan tidak pernah meminta kita untuk memahami segalanya. Ia hanya meminta kita untuk percaya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun