Mohon tunggu...
Lutgardis Hl
Lutgardis Hl Mohon Tunggu... Diamku bukan kosong, tapi penuh dengan rasa; Aku mencintai dalam sunyi, memberi tanpa banyak kata

Aku hanya ingin menggoreskan kata, membiarkan tinta mengalir memenuhi kertas, merekam rasa yang tak bisa terucap. Tak perlu puisiku menggoncang dunia, cukup jika suatu hari nanti, seseorang membaca satu bait kecilku, dan hatinya bergetar-meski hanya sebentar...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Alam, Maafkan Kami

21 Maret 2025   10:23 Diperbarui: 21 Maret 2025   10:25 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Taman (Sumber: Dok. Pribadi)

Pagi ini aku menyapa daun-daun lembut yang menari di ranting.
Merasakan embun yang jatuh perlahan, membasuh luka tanah.
Keasrian, wewangian, dan kesegaran mengalir di setiap sudut daun,
seolah alam ingin berbisik,
mengajak damai sekali lagi.

Tapi adakah aku masih menemukan alam sebersahabat ini?
Setelah hari-hari yang lalu dalam jerit dan amarah,
angin berhembus lebih nyaring, ombak berdebur semakin tinggi,
hujan turun bukan lagi kesejukan, tetapi peringatan.

Alam berbicara lewat peristiwa-
memanggil kita, mengingatkan kita
bahwa ia telah terluka, telah tersakiti.

Hari ini, di bawah langit yang masih menyimpan harapan,
aku ingin memulai kembali,
mengulurkan tangan, menyentuh luka yang menganga,
mencoba menyembuhkan jejak yang pernah kurusak.

Tolong, jangan marah lagi.
Aku ingin kisah yang kita jalin hari ini
sehangat sinar mentari,
sebersahabat angin yang berbisik,
seramah tanah yang rela memberi tanpa meminta.

Sedihmu, amarahmu, hentikanlah sejenak,
lihatlah kami yang masih  ingin menautkan cinta padamu
Di antara sekian manusia yang hidup dari keberadaanmu,
masih ada yang peduli, masih ada yang ingin menjagamu.

Alam, maafkan kami.
Biarkan kami belajar, sebelum semuanya terlambat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun