Mohon tunggu...
Money

Sudahkah Kita Melakukan Konsumsi Sesuai Syariat Islam?

26 Februari 2019   22:14 Diperbarui: 27 Februari 2019   08:06 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di era millenial yang semua serba ada dan mudah didapat justru mengakibatkan banyak dari manusia yang lebih memilih berperilaku konsumerisme. Sekarang dengan mudahnya semua bisa diakses dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, bahkan dengan duduk santai dirumah pun semua orang bisa melakukan kegiatan konsumsi, mereka hanya perlu menyediakan HP dan paket internet saja untuk melakukannya. Segala macam bentuk kebutuhan primer sampai tersier dari harga yang paling murah sampai mahal pun telah menjadi tren saat ini. Tak jarang sebagian dari kita yang memiliki materi lebih disertai hasrat yang selalu ingin memenuhi kepuasaann akan barang-barang duniawi mengubah posisi kebutuhannya dari kebutuhan  tersier menjadi kebutuhan primer. Semua yang serba mudah didapat semakin membuat kita terlena akan hal-hal duniawi yang fana ini, sehingga kita  lupa akan kewajiban dan hak orang lain akan harta yang kita miliki. Sehingga kita perlu menelaah lagi sudahkah kita melakukan kegiatan  konsumsi sesuai syariat islam yang baik dan benar.

Islam memandang  bahwa semua yang ada dibumi beserta seisinya merupakan bentuk dari sebuah amanah dari Allah SWT, manusia hanyalah seorang khalifah yang bertugas mengatur dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar tercipta kesejahteraan dalam masyarakat. Konsumsi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk maslahah (manfaat dan barakah) agar terwujudnya falah (keberuntungan di dunia dan di akhirat) tujuan ekonomi islam ini jauh berbeda dengan tujuan ekonomi konvensional yang memiliki tujuan hanya untuk memenuhi hasrat dan kepuasaan seorang manusia itu sendiri.

Pada dasarnya hasrat dan kepuasan manusia tidak ada ujungnya, mereka lebih memprioritaskan keinginan dibanding kebutuhan. Contoh yang menggambarkan keinginan lebih besar daripada kebutuhan dalam perilaku konsumsi adalah seperti pada sebuah pakaian yang dibeli untuk perlengkapan pribadi. Kebutuhan seseorang untuk melengkapi keperluannya mungkin cukup dengan pakaian yang sederhana dan memiliki fungsi sesuai kebutuhan diri, tetapi lain halnya dengan seseorang yang memiliki kemampuan dan keinginan lebih, dapat saja mereka memenuhi kebutuhannya itu dengan pakaian yang mewah, mahal, dan bermerek yang tentu lebih mahal dan lebih memuaskan hasratnya. Padahal dalam Islam sudah jelas tidak boleh berperilaku berlebih-lebihan. Nabi Muhammad Saw bersabda dalam hadis konsumsi  yang diriwayatkan oleh Nasa'i sebagai berikut

 

 

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَة

 (رَوَاهُ النَّسَاِئي)

Artinya: dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasul SAW bersabda: "makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong." (HR. Nasa'i)

Hadis tersebut memuat  3 aspek penerapan konsumsi yang benar dan sesuai syariat islam :

Pertama, dalam makan dan minum janganlah berlebihan, penerapan sunnahnya antara lain kita harus mengikuti anjuran Rasulullah SAW yaitu mengisi perut dengan perbandingan sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga  lagi untuk udara. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi :

Artinya: Dari Sholih bin Yahya bin al-Miqdam bin Ma'di Kariba dari ayahnya dari kakeknya Miqdam berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: " tidaklah anak Adam mengisi penuh suatu wadah yang lebih jelek dari perutnya, cukuplah bagi mereka itu  beberapa suap makan yang dapat menegakkan punggungnya, maka seharusnya baginya sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, sepertiga untuk dirinya atau udara." (HR. Al-Baihaqi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun