Senyampang virus corona masih berlaga dan bergumul dalam kehidupan masyarakat, sejauh itu pula pendidikan atau sekolah tidak akan berjalan sebagaimana mestianya. Barangkali itu jawaban terakhir jika ditanya perihal normalnya sekolah oleh orang tua. Sementara itu keluh kesah siswa terus bermunculan dalam chat pribadi dan grup media sosial kami, para guru. Apa yang dirasakan siswa sama dengan yang dirasakan orangtua dan cenderung lebih.
Apa mau dikata jika keadaan tak memungkinkan untuk normal seperti sediakala. Maka yang perlu dilakukan hanyalah kita tetap berdoa dan memetuhi protokol kesehatan sembari menanti kebijakan-kebijakan lain yang memungkinkan pembelajaran tatap muka.Â
Untungnya, di awal tahun 2021 kebijakan yang diharapkan pun tiba di mana pembelajaran dapat dilakukan secara tatap muka dengan kouta siswa dalam kelas sebanyak 50 persen dari jumlah siswa. Dengan demikian sekolah pun mengatur tatap muka secara bergiliran. Catatan besar dalam kebijakan ini adalah Keputusan pembukaan sekolah diberikan kepada tiga pihak, yakni pemerintah daerah, kantor wilayah (kanwil), dan orang tua melalui komite sekolah.
Menakar kembali imbas virus corona terhadap pendidikan di sekolah sejauh ini memang tak melulu soal negatif sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Ada pula sisi positif dari virus corona yang berdampak besar terhadap dunia pendidikan kita. Virus corona berdampak pada kemajuan teknologi yang terus gencar tumbuh dan berkembang. Contohnya, pembelajaran daring memaksa guru dan siswa serta orang tua untuk melek teknologi dan digital. Hal ini secara langsung berdampak pada meningkatnya kemampuan literasi digital siswa, guru dan orangtua.
Selain pembelajaran daring, kemajuan lainnya yang dapat dirasakan adalah adanya webinar, podcast, dan lainnya yang bisa disaksikan di melalui aplikasi zoom meeting, kanal YouTube, dan Facebook secara gratis. Bandingkan dengan sebelum virus corona, acara serupa masih banyak diselenggarakan di dalam ruangan dan umumnya berbayar. Guru dan siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya melalui acara-acara tersebut yang kemudian di akhir acara disediakan sertifikat oleh panitia.
Apa yang terjadi saat merupakan fenomena antara sisi gelap dan terang. Gelapnya adalah banyak ketimpangan dalam pendidikan antara yang mampu dan tidak mampu, segi letak geografis yang tidak terdukung jaringan, kurangnya semangat masing-masing individu, dan lingkungan sosial yang kadang memiliki atmosfer beragam. Terangnya adalah ragam kemajuan yang kita gunakan untuk memaksimalkan pembelajaran.Â
Sudah barang tentu yang gelap kita coba untuk terangi dan yang terang perlu diberikan motivasi lebih. Ke depan, pasca virus corona mereda harapannya adalah semoga tidak ada mengalami kemunduran pembelajaran. Penggabungan dua metode menjadi point penting agar pembelajaran lebih bervariasi dan bermakna. Hal ini juga untuk menangkal perubahan yang semula daring kemudian garing.