Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tukang Kopi dan Virus Corona di Bulan Kedelapan

18 Oktober 2020   14:39 Diperbarui: 19 Oktober 2020   13:57 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjual kopi | Gambar: Dok. Mantab via Kompas.com

Selain tiga isu yang telah disebutkan di atas, pemerintah dengan segala kebijakannya turut andil menimbulkan ketidakpedulian masyarakat terhadap virus corona ini.

Pengesahan omnibus law yang menimbulkan demonstrasi di beberapa kota dan pilkada yang akan digelar pada bulan dua belas telah menjadi isu sentral dan menarik. Akibat dua fenomena ini virus corona terabaikan. Media pun tak segembor dahulu memberitakan corona.

Apa hal di atas berdampak pada pendapatan tukang kopi? Jawabannya iya, meski tak sebanding dengan sebelum pandemi virus corona. 

Sembari bibir tersungging yang menunjukkan senyum, tukang kopi bercerita kepada saya bahwasanya ada sisi positif terhadap beberapa kejadian dan sikap tidak peduli masyarakat terhadap virus corona ini. 

Masyarakat khususnya anak-anak muda mulai ngopi bareng lagi. Di lain kelompok, secara psikologis masih ada yang takut terhadap penularan virus corona ini sehingga memilih diam di rumah.

Catatan tukang kopi

Efek kebijakan dan perilaku masyarakat terutu berpengaruh terhadap penjualan kopi di bulan ke delapan. Beberapa kebijakan memang dirasa aneh. 

Di kala kita disuruh menjaga jarak, pelanggan tak datang lagi dan warung sepi, di sisi lain kampanye dengan dangdutan dan mengundang khalayak ramai terus digoyang. Omnibus law diketok sehingga muncullah demonstrasi.

Tukang jual kopi memakai celana pendek berandai-andai dan berpikir inikah new normal? Normal baru pelanggan kelu,  tukang kopi pilu.

Catatan lain adalah ada budaya baru saat ngopi bareng di tengah pandemi virus corona ini. Masker menjadi kostum tambahan para pelanggan yang datang. Meski begitu, si empunya warkop tetap mengenal siapa pelanggan itu dari sorot matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun