Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Dari Kata "Mudik" sampai Kata "Terserah" yang Memiliki Seribu Arti

21 Mei 2020   06:57 Diperbarui: 21 Mei 2020   11:23 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kata terserah | Sumber : Instagram/therapup.indonesia

Sudah biasa dalam dunia perkamusan bahasa kita jika satu kata bisa memiliki lebih dari satu arti. Istilah bahasanya adalah homonim. Contohnya, kata "Mudik" yang beberapa waktu lalu diperdebatkan dengan kata "pulang kampung".

Kata "mudik" memiliki dua arti dalam kamus bahasa Indonesia. Arti kata "mudik" pertama adalah '(berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman)'. Arti kedua adalah 'pulang ke kampung halaman'. Kata "mudik" sendiri berasal dari kata Jawa yang sering digunakan dalam bahasa cakapan.

Ramainya perdebatan kata "mudik" dan "pulang kampung" setelah perbedaan  kedua kata ini dijelaskan oleh Presiden kita di acara Mata Najwa. Beragam penjelasan dari berbagai sudut pandang tersuguhkan. Ada yang mengulasnya dari sudut pandang bahasa seperti semantik dan pragmatik. Ada pula yang mencoba menjelaskan dari sisi sosial dan politik.

Ada yang menarik mengapa kata "mudik" dan "pulang kampung" begitu ramai diperdebatkan di wilayah publik. Alasannya kata tersebut diucapkan oleh seorang tokoh, dalam hal ini adalah Presiden. Andaikan kata tersebut diucapkan oleh orang biasa, misalkan seperti saya, tidak akan ada perdebatan panjang. Saya pun leluasa mau menggunakan kata "mudik" atau "pulang kampung", suka-suka seperti tanpa dosa dan tidak perlu buka kamus.

Perdebatan panjang yang terjadi beberapa waktu lalu itu menunjukkan bahwa bahasa dipengaruhi siapa penuturnya. Latar belakang penutur menentukan reaksi orang lain. Begitulah fenomena bahasa yang unik dan menarik untuk dipelajari.

Setelah perdebatan panjang kata "mudik" dan "pulang kampung" usai, muncul lagi kata "ambyar" yang dipopulerkan oleh Alm. Didi Kempot. Kata "ambyar" memiliki arti 'bercerai-berai'; 'berpisah-pisah'; 'tidak terkonsentrasi lagi'. Kata "ambyar" yang berasal dari bahasa Jawa ini sering diidentikkan dengan retaknya hubungan sepasang kekasih.

Uniknya, kata ini memunculkan fenomena sosial, yaitu munculnya istilah sobat ambyar. Sobat ambyar adalah sebutan untuk penggemar Alm.Didi Kempot. Dengan sebutan sobat ambyar inilah para penggemar Alm. Didi Kempot menunjukkan kesatuan komunitas yang memiliki kesamaan rasa.

Belum habis ulasan kata "ambyar", saat ini populer lagi kata "terserah". Sebenarnya kata "terserah" bergandeng dengan kata "Indonesia" dalam tagar #Indonesiaterserah. Kata ini pertama kali diunggah oleh tenaga medis dalam satu rumah sakit dengan menuliskan kata "Indonesia terserah".

Selanjutnya, kata "terserah" adalah kata yang menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak? Kata tersebut memiliki seribu arti apalagi kalau diucapkan oleh perempuan kepada pasangannya.  Acapkali kata tersebut malah membuat si pasangan kebingungan menerka artinya.

Kata "terserah" sama halnya dengan kata "gak apa-apa" yang sering diungkapkan oleh perempuan. Sama-sama kata yang kadang membingungkan menurut sebagian laki-laki. Misalnya dalam percakapan berikut ini.

"Kita mau makan dimana, sayang?"
"Terserah."
"Yakin?"
"Iya!"
"Kamu kenapa?"
"Gak apa-apa kok."

Kata "terserah" dalam percakapan seperti di atas akan menunjukkan beberapa penafsiran. Arti pertama "terserah" dalam arti memasrahkan sepenuhnya pilihan tempat makan terhadap pasangan. Arti kedua, kata "terserah" bisa saja menunjukkan ketidakpedulian dengan pilihan. Arti ketiga bisa menunjukkan kekesalan terhadap pasangannya.

Arti lainnya dapat diterka sendiri saat berada dekat dengan pasangan. Dalam penentuan arti tersebut pasti ada konteks percakapan yang mengikuti. Misalnya, cara orang berbicara saat marah akan berbeda dengan cara orang berbicara santai. Marah pun pasti ada sebabnya.

Lalu bagaimana dengan kata "terserah" yang viral saat pandemi covid-19 dan diviralkan oleh tenaga medis? Kata tersebut menunjukkan sensitivitasnya sendiri saat digunakan dalam masa pandemi. Banyak arti dibalik kata tersebut memunculkan ragam reaksi. Ada yang mengamini, ada yang mendukung, dan tidak sedikit pula mempertanyakan sumpah tenaga medis.

Penafsiran kata "terserah" sejatinya adalah hak setiap orang dan tidak mesti seragam. Tenaga medis menulis kata tesebut tentu memiliki maksud berbeda dengan orang yang  mengkritisinya. Sementara yang mendukung bisa dikatakan memiliki penafsiran yang sama dengan tenaga medis.

Melihat konteks dalam masa pagebluk seperti sekarang ini alangkah baiknya sama-sama menanamkan pemikiran dan sikap positif. Saling mencari celah dari kata "terserah" bukan solusi yang terbaik. Saling memahami keadaan antara yang berjuang dan diperjuangkan adalah cara tepat untuk melewati masa-masa ini. Hal itu dapat ditunjukkan dengan mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun