Belum cukup sampai di situ, aplikasi seperti Kiddle, Youtube Kids dan Messenger Kids sepertinya akan menciptakan kecanduan baru dan sedini mungkin terhadap gawai. Hal itu bisa saja terjadi. Jika yang dewasa masih bisa kecanduan gawai, maka tidak menutup kemungkinan seorang anak akan kecanduan juga.
Kita dapat melihat bagaimana gawai menjadi candu saat ini. Tidak perlu jauh-jauh, di sekitaran rumah saja, anak-anak sering bermain gawai, bahkan disapa pun tidak menyahut karena khusukya bermain. Dunia maya dan gim online seperti dunia kedua buat mereka.
Kecanduan semacam inilah yang menjadi problema besar di masa depan. Anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar seperti menjadi peluang besar pengembangan bisnis untuk menghasilkan keuntungan dengan embel-embel ramah anak. Anak-anak seperti ditarget untuk menjadi konsumen aktif sejak dini.
Sifat asosial, individualis, tempramental dan negatif lainnya menjadi ciri khas generasi berikutnya. Gotong royong, tolong-menolong, dan tenggang rasa sebagai ciri khas bangsa Indonesia akan memudar manakala candu terhadap gawai dan aplikasi pendukungnya tidak disikapi dengan baik.
Apa yang kita usahakan hari ini akan berbuah di masa depan. Memilah mana kebutuhan dan mana yang dapat menjadikan candu yang tidak baik adalah langkah yang harus kita usahakan demi kebaikan penerus bangsa. Orangtua sebagai kontrol anak di rumah dapat mengawasi dan memberikan batasan penggunaan gawai dan penelusuran konten.