Mohon tunggu...
Lutfi Syarqawi
Lutfi Syarqawi Mohon Tunggu... -

Pemerhati Sosial-Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memahami Konsep "Sudurisme" Cak Imin

30 April 2018   14:41 Diperbarui: 30 April 2018   15:38 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.globalindonesianvoices.com

Di tengah kondisi bangsa yang mengalami gonjang-ganjing perpecahan, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, kembali menunjukkan kenegarawannya dengan menawarkan konsep yang diberi nama "Sudurisme", yaitu percampuran konsep Sukarno dan Gus Dur.

Hal ini disampaikan saat menghadiri deklarasi pemberian dukungan dan mandat sebagai calon wakil presiden RI pada ajang Pilpres 2019 dari kelompok petani, nelayan, dan buruh di Pantai Karapyak, Pangandaran, Jawa Barat. Cak Imin menyebut bahwa dia akan mengusung konsep pemikiran yang menggabungkan konsep Sukarno dan Gusdur sebagai negarawan junjungannya. (kompas/20/maret/2018).

Konsep Sudurisme memang layak dan menemukan momentumnya saat ini di mana kondisi bangsa sedang riuh oleh bibit perpecahan. Saling fitnah dan benci memenuhi hampir setiap layar kaca dan media sosial kita. Negeri yang sebelumnya adem ayem, hidup rukun dan damai, seakan terkoyak oleh ujaran kebencian yang didasarkan pada ras, suku dan dan agama. 

Peristiwa politik dimaknai sebagai perang antara yang baik dan yang jahat, antara partai "setan" dan partai " Allah", sebuah kategori yang sebenarnya merupakan wilayah iman. Padahal "Politic is Game", politik adalah arena permainan merebut kekuasan semata yang tujuannya menang-menagan belaka.

Tapi siapa kira, kenyataan menunjukkan bahwa memang tidak semua warga negara memiliki kecerdasan yang sama untuk memilih dan memilah mana yang seharusnya layak diperjuangkan secara mati-matian dan mana yang tidak atau sekedar permainan. karena perjuangan dalam agama berbeda dengan perjuangan dalam politik. 

Agama adalah sarana mencari keselamatan di dunia dan di akherat sedangkan politik adalah sarana mencapai kekuasaan. Tapi tidak semua politik itu baik juga tidak sepenuhnya buruk. Tergantung penggunanya, kalau penggunanya baik maka baik pula hasilnya tapi kalau penggunanya buruk maka buruk pula hasilnya.

Politik ditangan seorang yang nasionalis dan religius tentu sangat baik hasilnya. Karena nasionalisme dan agama memang tidak bisa dipisahkan meski tetap ada perbedaan. Keduanya  memiliki tujuan yang sama yaitu memanusiakan manusia. Maksudnya, dengan menjadi nasionalis tidak lantas pasti tidak beragama begitu juga sebaliknya menjadi religius tidak kemudian membenci nasionalisme.

Sudah diputuskan sejak awal-awal sebelum kemerdekaan bahwa negara ini bukanlah negara Islam dan bukan pula nasionalisme sekuler. Para Founding Father cukup cendikia dan istimewa bahwa sejatinya agama dan nasionalisme tidak perlu dipertentangkan dan diskusi seperti itu seharusnya sudah selesai. Merupakan sebuah kemunduran jika saat ini, setalah hampir satu abad, masih ada sekelompok orang yang menyoal hubungan agama dan negara atau nasionalisme dan agama.

"Sudurisme" dengan demikian menggairahkan kembali hubungan agama dan nasionalisme di pentas nasional. Bukan dengan tujuan mempertentangkan malah justru ingin menyadarkan dan mernyatukan kembali masyarakat yang lupa akan sejarah. Adalah Sukarno dengan konsep cinta tanah air/nasonalisme-nya ingin menjadikan bangsa ini besar, berdikari, menyelamatkan manusia serta tidak hanya mengejar citra dihadapan bangsa lain.

Dalam artikel yang ia tulis tahun 1932, Demokrasi-Politik dan Demokrasi Ekonomi, Sukarno menyinggung inti dari sosio-nasionalisme yang ia rumuskan;

"Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang tidak mencari gebyarnya atau kilaunya negeri keluar saja, tetapi haruslah mencari selamatnya manusia. Nasionalisme kita haruslah lahir daripada 'menselijkheid'.  Nasionalismeku adalah nasionalisme kemanusiaan, begitulah Gandhi berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun