David Hume (1711-1776) adalah penyusun filsafat Empirisme ini dan menjadi antitesa terhadap Rasionalisme. Perbedaan utama metode ini dari metode dekrates adalah metode ini juga membutuhkan eksperimen yang ketat guna mendapatkan bukti kebenaran empiris yang sejati.
6.Metode Transendental
Metode ini juga sering disebut dengan metode neo-skolastik. Immanuel Kant (1724-1804) merupakan pelopor metode ini. Pemikiran Kant merupakan titik-tolak periode baru bagi filsafat Barat. Ia mendamaikan dua aliran yang berseberangan: rasionalisme dan empirisme.
Dari satu sisi, ia mempertahankan obyektivitas, univesalitas dan keniscayaan suatu pengertian. Di sisi lain, ia juga menerima pendapat bahwa pengertian berasal dari fenomena yang tidak dapat melampaui batas-batasnya.
Kant menempatkan kebenaran bukan pada konsep tunggal, tetapi dalam pernyataan dan kesimpulan lengkap. Ia membedakan dua jenis pengertian:
- Pengertian analistis yang selalu bersifat apriori, misalnya dalam ilmu pasti;
- Pengertian sintesis. Pengertian ini dibagi menjadi dua yakni aposteriori singular yang dasar kebenarannya pengalaman subyektif seperti ungkapan ‘saya merasa panas’, dan apriori yang merupakan pengertian universal dan pasti seperti ungkapan ‘sekarang hawa panas 100 derajat Celcius”.
Intinya, metode ini menerima nilai obyektif ilmu-ilmu positif, sebab terbukti telah menghasilkan kemajuan hidup sehari-hari. Ia juga menerima nilai subyektif agama dan moral sebab memberikan kemajuan dan kebahagiaan.
Dengan catatan syarat paling minimal yang mutlak harus dipenuhi dalam subyek supaya obyektifitasnya memungkinan. Seperti efek placebo obat yang sebetulnya tidak dapat menyembuhkan, namun membuat seseorang percaya ia akan sembuh karena telah meminumnya.
Di dalam pengertian dan penilaian metode ini terjadi kesatuan antara subyek dan obyek, kesatuan antara semua bentuk. Hal ini menuntut adanya kesatuan kesadaran yang disebut “transcendental unity of apperception”.
7. Metode Dialektis
Tokoh terkenal metode ini adalah Hegel, hingga terkadang metode ini disebut dengan ‘Hegelian Method’. Nama lengkapnya adalah George Willhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Langkah awal metode ini ialah pengiyaan dengan mengambil konsep atau pengertian yang lazim diterima dan jelas.
Kemudian membuat suatu anti tesis atau bantahan dari konsep atau pengertian yang lazim tersebut. Setelah itu diambil kesimpulan dari keduanya dan dibentuklah suatu sintesis dari keduanya. Pada akhirnya sintesis tersebut akan menemui anti tesis lainnya, untuk kemudian disintesiskan kembali untuk mendapatkan hahikat yang lebih baik lagi.