Mohon tunggu...
Kelompok Budaya
Kelompok Budaya Mohon Tunggu... Desainer - grup mahasiswa DKV-A ISI Yogyakarta 2018

kuliah materi sosiologi desain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tren Merokok bagi Wanita dalam Perspektif Sosiologi Desain

27 November 2019   21:03 Diperbarui: 27 November 2019   21:14 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu kecil ia berpikir bahwa rokok sangat menjijikan, namun karena pengaruh lingkungan ia menjadi perokok pada usia 16 tahun. Pengaruh lingkungan itu merupakan bagian dari interaksi dan komunikasi, karena narasumber terbangun keinginan untuk melakukan tindakan yang sama.

Berdasarkan hasil survey online  melalui Google form rentang umur 17-22 tahun, 53,3% dari 45 responden menyatakan bahwa penyebab pertama kali mereka mencoba merokok adalah rasa penasaran dan 13,3% berasal dari ajakan teman, sisanya merupakan keinginan pribadi.

Fenomena sosial dari perempuan perokok tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif. Jika dilihat dari sisi negatifnya, perempuan perokok hanya menimbulkan persepsi buruk di mata masyarakat yang hanya melihat dari satu sudut pandang saja.

Dari sanalah desainer berperan agar tidak melihat fenomena sosial hanya dari satu perspektif. Desainer membangun persepsi bahwa rokok itu keren melalui sebuah iklan, kemudian iklan inilah yang membangun keinginan perempuan untuk membeli rokok. Sehingga, apabila konsumen rokok yang awalnya didominasi oleh laki-laki lalu ditambah dengan perempuan, maka omzet perusahaan rokok pun meningkat.

Tentunya dapat menyejahterakan pekerja pabrik rokok. Selain itu, para petani tembakau pun juga diuntungkan, karena tembakau merupakan bahan utama pembuatan rokok.

Sayangnya, dengan bertambahnya konsumen rokok, tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak pula individu yang terkena berbagai penyakit akibat merokok, diantaranya kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin yang kemudian akan menguntungkan dunia medis.

Walaupun secara medis merokok membawa penyakit, rokok itu sendiri tidak bisa dimusnahkan terutama untuk negara Indonesia. Dikutip dari Liputan6.com bahwa pendapatan negara dari setoran cukai Industri Hasil Tembakau (IHT) mencapai Rp170 trilyun dan kurang lebih bisa mencapai Rp200 triliun bila dijumlah dengan pajak daerah, PPN, dan sumbangan lainnya.

Jika melihat dari sisi perokok itu sendiri, tujuan mereka merokok agar lebih memudahkan mereka berbaur di dalam pergaulan, terutama saat bergaul dalam satu kelompok yang isinya dominan laki- laki.

Dampak positif dan negatif yang telah dipaparkan yang akan memunculkan budaya kreatif. Peran desainer dalam pembahasan ini sangat berpengaruh dalam menciptakan sebuah pemikiran bahwa merokok dapat meningkatkan kreatifitas. Pemikiran inilah yang memengaruhi perempuan untuk merokok, di mana merokok itu diyakini sebagai ajang pelampiasan stress, menjernihkan pikiran, dan lain-lain.

Dengan pemikiran yang diciptakan oleh desainer tersebut, memunculkan keinginan untuk mencoba produk rokok. Ketika individu telah memenuhi hasratnya hingga merasa puas dengan merokok, dia akan mengulanginya lagi hingga menciptakan suatu kebiasaan baru. Dari kebiasaan baru inilah timbul gaya hidup baru bagi individu tersebut.

Namun, tidak semua dari kebiasaan merokok menjadi gaya hidup sebab beberapa dari mereka menjadikan kebiasaan merokok sebagai gaya. Hidup untuk bergaya dan gaya hidup merupakan dua hal yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun