Mohon tunggu...
Lutfiani Sayyida
Lutfiani Sayyida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Politik Universitas Airlangga

Hanya ingin belajar sebanyaknya dan membagikan hasil kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Daging Krengseng

16 November 2022   22:19 Diperbarui: 16 November 2022   22:34 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Course: Pinterest/reseppedia.com

Namun hari ini istimewa. Mak Lala membuat masakan spesial, yaitu nasi daging krengseng. Makanan mewah yang biasanya dihidangkan hanya saat Idul Adha ini sengaja dimasak, karena kabarnya Pak Camat akan bertandang ke desa, untuk menyaksikan dan meresmikan hasil karya mahasiswa berupa kincir air di hulu sungai yang dapat menghasilkan listrik, serta penyubur tanaman dari campuran gabah, kompos sampah dapur, dan air leri (cucian beras).

Sejak tahrim berkumandang, Mak Lala sudah sibuk di dapur. Memasak krengsengan bukanlah hal yang mudah, namun tak terlalu sulit. Mak Lala harus telaten mengipasi kayu bakar agar api tak padam selama proses memasak. 

Tangan keriputnya lihai mengolah daging sapi untuk dibikin krengseng. 

Daging sapi dipotong kecil-kecil, kemudian dibungkus dengan daun pepaya selama satu jam. Sembari menunggu, Mak Lala menunaikan ibadah salat subuh di langgar, kemudian bersama beberapa mahasiswi yang membantunya memasak, Mak Lala meracik serta menghaluskan bumbu-bumbu sederhana yang dipetik dari kebun belakang rumahnya. Contohnya bawang putih, jahe, bawang merah, dan cabai. Mak Lala menambah merica, garam, gula, dan penyedap rasa agar makin enak. 

Gadis-gadis diberi tugas membantu mengupas dan memotong kentang, memotong tomat, serta menanak nasi. Mak Lala memiliki dua tungku kayu bakar, sehingga mereka bisa memasak sekaligus menanak nasinya.

Setelah bumbu dihaluskan, daging sapi dikeluarkan dari daun pepaya dan dicuci bersih. Kemudian, daging dicampur ke dalam bumbu yang dihaluskan sebelumnya. Kemudian, Mak Lala mendiamkan sekitar 15 menit agar rasanya meresap, dan masih tetap menjaga api kayu bakar tetap terjaga. 

Mak Lala tetap mengipasi kayu bakar itu, hingga seorang mahasiswi menawarkan diri membantu Mak Lala. 

"Nduk, mengipasi apinya harus stabil. Aja kebanteren, aja alon-alon (Jangan terlalu cepat, jangan lama-lama). Lama-lama pasti biasa...," Mak Lala sesekali memberi nasihat kepada para mahasiswi, serta mengajari mereka cara memasak. "Kalau kebanteren (terlalu cepat), ini abunya bikin pedih mata. Kalau pelan-pelan, nanti apinya bisa mati." 

Selanjutnya, Mak Lala menumis daging tersebut hingga empuk. Tak lupa menambah kecap dan petis udang, sejumput gula, garam, dan penyedap. Setelah itu, Mak Lala menambahkan potongan kentang dan tomat, dan diaduk agar rasanya merata. 

Aroma harum segera menguar di penjuru dapur. Menyusup di antara bilik-bilik bambu, mengundang rasa lapar. Tercium lezat dan menggugah selera, menyapa hidung siapapun yang melintang di dapur. Kepulan asap kayu bakar membumbung syahdu, menambah nikmat masakan pagi ini. Mungkin itulah rahasia masakan desa, yang sedapnya tak akan terlupa.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Masakan krengseng pun siap sedia. Para mahasiswa sejak tadi mempersiapkan acara peresmian bersama bapak-bapak juga telah selesai. Acara peresmian dilakukan secara sederhana, seperti halnya syukuran, namun dihadiri sebatas perwakilan desa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun