Mohon tunggu...
Lutfiah Rustianti
Lutfiah Rustianti Mohon Tunggu... Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Konsep Diri Remaja dalam Perspektif Hurlock

20 Desember 2024   00:20 Diperbarui: 19 Desember 2024   23:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konsep diri remaja merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan psikologis individu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan seorang siswi kelas 11 di SMAN 28 Kabupaten Tangerang yang akrab dipanggil Kirana. Berbagai dimensi konsep diri remaja dapat dijelaskan dengan perspektif dari Hurlock. Kirana membagikan pandangannya mengenai kepercayaan diri, motivasi, serta cara menghadapi tantangan yang mencerminkan dinamika konsep diri remaja.  

Menurut Hurlock, konsep diri positif terbentuk dari pengalaman dan dukungan lingkungan sekitar. Kirana mengungkapkan bahwa rasa percaya dirinya meningkat saat mendapatkan apresiasi dari orang tua, terutama ketika ia menerima penghargaan atau dukungan atas prestasinya. Pengalaman ini menjadi motivasi baginya untuk terus belajar. Dukungan emosional semacam ini selaras dengan pandangan Hurlock yang menyatakan bahwa penerimaan dan penghargaan dari orang-orang terdekat berperan besar dalam membentuk konsep diri positif.  

Selain itu, Kirana juga menunjukkan minat yang besar terhadap pelajaran tertentu, terutama Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Ia merasa lebih mudah memahami pelajaran tersebut meskipun guru tidak selalu menyampaikan materi secara jelas. Minat yang mendalam ini mengindikasikan adanya fokus internal yang membantu Kirana mempertahankan pandangan positif terhadap kemampuan dirinya. Hurlock menegaskan bahwa minat dan ketertarikan individu terhadap suatu bidang dapat memperkuat kepercayaan diri dan rasa harga diri.  

Ketika menghadapi kegagalan, Kirana mengandalkan dukungan sosial dari teman dan keluarga. Ia merasa terbantu dengan saran dan nasihat yang diberikan, namun ia juga memiliki kemampuan untuk bangkit secara mandiri jika dukungan eksternal tidak tersedia. Resiliensi ini mencerminkan konsep diri positif yang menekankan pada kemampuan untuk mengatasi kesulitan dengan cara yang adaptif, sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock.  

Di sisi lain, Kirana juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan kepercayaan diri saat menghadapi kekurangan. Misalnya, ia pernah merasa sedih ketika kesulitan memahami pelajaran matematika, meskipun gurunya sudah berusaha menjelaskan dengan baik. Namun, ia tidak membiarkan kekurangan ini menjadi penghambat. Ia terus mencoba dan meyakinkan dirinya bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sikap ini menunjukkan bahwa ia memiliki mekanisme internal yang kuat untuk memandang dirinya secara positif.  

Konsep diri negatif juga muncul dalam beberapa situasi. Kirana mengaku pernah merasa gagal dibandingkan teman-temannya, terutama ketika mendapatkan nilai di bawah rata-rata atau tidak diterima di sekolah impian. Namun, ia mampu menerima keadaan ini dengan lapang dada dan tetap berusaha menemukan alternatif, seperti belajar dance sebagai pengganti ekskul cheerleader yang ia idamkan. Kemampuan untuk menerima kegagalan dan mencari solusi baru adalah bentuk adaptasi yang sehat terhadap konsep diri negatif.  

Kirana juga bercerita tentang rasa jenuh saat belajar, terutama ketika harus menghadapi tugas yang berlebihan atau materi yang sulit dipahami. Hal ini membuatnya kehilangan semangat untuk belajar lebih lanjut. Situasi ini mencerminkan tantangan umum yang dihadapi oleh remaja dalam mempertahankan motivasi akademis. Menurut Hurlock, perasaan jenuh seperti ini dapat diatasi melalui perubahan strategi belajar atau pencarian sumber motivasi baru.  

Berdasarkan wawancara tersebut, terlihat bahwa konsep diri Kirana didukung oleh pengalaman positif dari lingkungan sekitar, namun ia juga dihadapkan pada tantangan-tantangan yang menguji ketahanan psikologisnya. Perspektif Hurlock membantu menjelaskan bagaimana faktor-faktor seperti dukungan keluarga, pengalaman akademis, dan respons terhadap kegagalan membentuk dinamika konsep diri pada remaja seperti Kirana.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun