Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seperti Film yang Terus Berulang

9 Maret 2025   09:35 Diperbarui: 9 Maret 2025   09:55 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terjerat pada lingkaran yang sama.

Ah, siklus yang mengerikan. Seperti film yang terus berulang, tak ada yang menemani. Tidak pernah ingin, seperti pohon yang tidak riap tumbuhnya. 

Sudah beberapa dasawarsa bernafas, selama itu pula kepala selalu berisik lebih berisik daripada ranting-ranting pohon yang patah/hancur. Sadar memang tidak pernah untuk menerima kata sayang, tapi dengan sadar pula tidak pernah minta untuk ada. Hampir setiap hari yang dijalani hanya bahasa asing yang terdengar. Kenapa harus terus bersama, jika hanya untuk tenggelam.

Terlalu banyak predator yang berbahaya, bajingan yang brengsek, menimbulkan nyaris hujan pada banyak mata. Tidak pernah terbayang dan terpikir akan menjadi seperti ini. Sehat tapi sakit, sakit tapi sehat. Disabilitas yang bukan disabilitas. Ah, entahlah. 

Ini seperti sejarah yang berulang, seperti film yang terus berulang, rentetan kejadian dan kejadian terus berputar di dalam kepala. Sepertinya hidup ini terlalu banyak mengusili dan terlalu lucu hingga mengantarkan narasi yang entah.

Apakah pernah benar-benar ada? Sepertinya tidak demikian, karena ada yang pernah mengatakan, lebih baik mati dan minum racun itu.

Apakah malu mengakui ada? Karena sepertinya tidak pernah dianggap dan tidak pernah didengar, seperti seseorang tanpa kepala dan seperti memiliki suara tanpa nama. Ini lebih daripada sepertinya, ini yang dialami dan dirasakan.

Merasa sendirian. Kesepian. Gelisah/ketakutan.

Pada suatu hari berharap, ada keajaiban yang terjadi. Ada rumah yang benar-benar memberikan tenang teduh.

Karena sadar bahwa hidup bukan milik sendiri, ada sang maha sempurna yang memiliki segala sesuatu atas hidup ini,  hanya terus berharap dan berdoa ada kesempatan untuk bisa merasakan nikmatnya hidup dengan sukacita tanpa embel-embel, tanpa kamuflase.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun