Muak, lelah, terperangkap. Hidup tapi mati, mati tapi hidup. Aku dan dua kebisingan yang tak lagi rahasia.
Dua kebisingan yang menjadi relasi. Gandum di antara ilalang. Kebahagiaan, damai sejahtera itu omong kosong. Pohon tua yang rantingnya rapuh, daun-daun layu yang terbang di tiup angin timur. Menurunkan kenangan yang payah.
Ingatanku belakangan ini dipenuhi hal-hal yang menyakitkan. Dua kebisingan ini membuatku seperti jerami dan rumput kering habis terbakar dalam api. Susahku, tak ada yang pernah melihat. Asu, lebih kepada pura-pura tidak melihat.Â
Aku dan dua kebisingan adalah kesia-siaan, di sebuah tempat di dalam gelap ternyata tidak akan pernah berakhir bersama. Pendosa yang mematikan, berlakon baik. Hahahh, dusta. Ini kisah tentang aku, hororyang mematikan, dan  bajingan yang brengsek. Dua kebisingan yang seharusnya enyah.
Adalah hatiku yang ditanam luka, dan entah sampai kapan akan pulih. Hanya air mata dan huruf-huruf mati yang tercipta. Aku sudah lama layu dan tak berkembang, di depannya seperti lumpur di jalan yang diinjak-injak dan dibuang orang.Â
Aku tidak lagi tahan.Â
***
Rantauprapat, 25 September 2023