Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Itu Telah Jatuh

9 Agustus 2021   00:00 Diperbarui: 9 Agustus 2021   00:15 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: twitter/@kulturtava

Perempuan itu bingung menggangap kamu sebagai apa, kekasih kepunyaannya atau bukan. Dikatakan kekasih, bisa. Dikatakan bukan siapa-siapa juga bisa. Jika bersentuhan, ingin rasanya menolak. Jika ada keberpisahan, rindu rasanya nampak terlihat. Terlebih ciuman liar yang pernah terjadi, sulit dilupakan. Ah, entahlah.

Sedapat mungkin, perempuan itu ingin terlihat wow setiap ada kamu. Berdandan selayaknya perempuan dewasa, mungkin untuk menyenangkan hatimu. Haha.

Aku ingin berhenti, perempuan itu sudah berkata berulang kali. Berulang kali pula itu tidak terjadi. Sialnya, perempuan itu malah menikmati fase-fase itu. Padahal tak pernah ada janji yang terucap darimu, janji menyemai kebersamaan sekalipun.

Bodoh. Perempuan dan pria itu telah jatuh. Jatuh hati dan jatuh pada ratapan yang menggoda. Tanpa aba-aba, kamu melakukan aksi yang tak pernah dibayangkan perempuan itu. Kini, kamu mengikuti apa yang dimau, BERHENTI dan membatasi diri.

Terasing dan keparat. Perempuan itu malah menangis. Kenapa menyesali kepergianmu. Padahal sesungguhnya perempuan itu mengerti, bahwa ia dan kamu sulit untuk dihalalkan. Tetap saja, kamu masih mengusik kepala perempuan itu. Perhatian yang masih kamu berikan, pertanyaan seperti : bagaimana keadaanmu? Kenapa tadi menangis? Ha, perempuan itu butuh kamu. Tidak ingin kamu bersikap dingin, lagi-lagi kebimbang raguan ada. Dan lagi, ia kalah pada keterbatasan yang terlihat.

Parahnya, perempuan itu masih berharap kamu kembali memberikan perhatian lebih. Harap yang tak lagi boleh terjadi. Ya, kamu si pria borjong. Pria brengs*k yang telah mululuhkan perempuan itu dalam waktu singkat. Perempuan itu lagi-lagi menerima kekalahan yang kejam, bertanya, kenapa harus basah oleh hujan?

Kamu pria brengs*k yang menyebalkan. Sungguh-sungguh menyebalkan. Perempuan itu ingin menggigit kamu dengan sangat teramat sakit. Dan entah sudah berapa banyak puisi yang perempuan itu tulis untuk menggambarkan perasaan terhadap kamu.

Mau tak mau, rela tak rela, mampu tak mampu. Perempuan itu harus benar-benar berhenti kali ini.

***
Rantauprapat, 08 Agustus 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun