Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Itu Seperti Ikan yang Terperangkap dalam Jala yang Mencelakakan

20 Juli 2021   19:07 Diperbarui: 20 Juli 2021   19:11 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan itu hari ini.
Menimang dan memangku duka luka.
Menuai kecaman dari hal yang tidak pernah ditabur.
Mengharapkan cinta, tapi yang menawarkan cinta, adalah cinta yang disertai kilatan LONGGUR.
Menerima enggan.
Menolak lebih enggan.

Sial. Lagi dan lagi perempuan itu seperti ikan yang terperangkap dalam jala yang mencelakakan. Ia sulit menghambarkan diri pada kemalangan yang menggoda. Tidak diperdulikan. Terasing. Mau tak mau, perempuan itu harus menelan pedih hati. Lelah dan patah. Menjadi perempuan dewasa yang tidak bertumbuh dengan riap.

Sejarah yang dahulu kembali terulang. Saat ini, perempuan itu menjadi saksi terhadap dirinya sendiri. Ia menjatuhkan rahasianya pada diksi. Juga dengan sadar kembali menginginkan hasrat yang berbahaya menghampiri.

Terlalu rapuh terhadap realita yang terjadi. Ketajaman dari ketidakadilan begitu menyakitkan. Ia terbawa ke tempat yang paling terpencil tanpa oase. Kemudian membuatnya merasa gelap. Malam seperti tak berlalu di hari yang cerah. Hu. Lelah.

Tidak ada cinta hari ini. Perempuan itu seperti Ikan yang terperangkap dalam jala yang mencelakakan. Tidak masa lalu, masa kini, apa lagi masa depan yang penuh teka-teki zaman yang payah, semua begitu rumit untuk diterima.

Perempuan itu tertipu dan membual terhadap dirinya sendiri.  Harus terlihat baik-baik saja. Hari ini tak mendapatkan cinta, besok seperti apa lagi?
Sepertinya hal yang beraroma manis selalu bersembunyi dari perempuan itu.

Kenapa perempuan itu yang selalu terasing dan terombang-ambing di sebuah kisah yang penuh prahara. Terjatuh dan tenggelam dalam kekalahan. Gagu, layu, dan merapuh. Akankah perempuan itu memiliki satu tempat yang bernama,  penerimaan yang benar-benar menerima? Mungkin nanti. Nanti yang berada di entah.

***
Rantauprapat, 20 Juli 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun