Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Lagi Menjadi Air yang Tenang

20 Maret 2021   00:00 Diperbarui: 20 Maret 2021   01:07 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata saat tak ada keberterimaan dari gandum yang ada di hati, itu begitu menyesakkan. Tersembunyi, tak pernah terlihat. Suaranya tak pernah terdengar. Bercumbu dengan sepi. Terasing.

Yang seharusnya menjaga dan memelihara, tak lagi menjadi air yang tenang. Buat jiwa gelisah dan kuatir. Tidak merasakan tenang teduh. Ingin menghilang dan berada di entah.

Itu adalah pilihan yang harus dipilih. Menyelamatkan diri sendiri. Seandainya, gandum yang diinginkan itu benar-benar tak menjadi air yang tenang dalam kurun waktu yang panjang, sekiranya itu sungguh terjadi. Jangan merusak sejarah hidup yang masih ada. Tolong putar balik, untuk apa merasakan pahit seutuhnya. Beri air gula yang manis bagi diri sendiri. Karena keterbatasan yang ada pada diri, tidak akan mudah dipahami dan menjadi tanggung jawab  yang lain. Sekalipun itu gandum yang menaungi.

Mata telanjangmu jangan terlalu lebar memandang pada hal yang merumitkan diri sendiri. Tergelincir. Menyulam cerita hidup dengan kerimbunan mara bahaya. Persiapkan diri untuk hal-hal yang manis dan juga untuk hal-hal yang pahit sekalipun. Sudah cukup dewasa untuk memilih.

Kendati yang terjadi dalam semesta itu merupakan ketidakseiramaan. Coba untuk bersikap bodo amat. Mengheningkan cipta akan hura hara yang terdengar. Tidak pula menjelma pada kesunyian. Sedingin dinihari, berlari menjauh dari keriuhan hidup.

Ya, jika sekiranya yang tampak, tak lagi menjadi air yang tenang. Walau sulit, datangilah kesadaran diri. Selamatkan diri sendiri. Karena sebenarnya, gandum yang diharapkan itu pun akan sibuk ke sana ke mari dengan semestanya sendiri.

Apakah harus terjerembab pada ranting yang rapuh? Tidak seharusnya begitu bukan. Dirimu tetaplah dirimu, selamatkan diri sendiri! Hidup tidak langsung berakhir, ketika hati yang diinginkan tak lagi menjadi air yang tenang. Kumpulkan semua keberanian yang masih ada, ini saatnya membersihkan dan memperbaiki diri. Ingat usia!

***
Rantauprapat, 19 Maret 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun