Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kini, Apakah Satu Hanya Peribahasa?

6 Maret 2021   00:00 Diperbarui: 6 Maret 2021   00:08 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan itu ingin berbahagia. Seseorang yang ia duga yang akan memberikan tenang teduh, ternyata digelayutberati kebimbang raguan. Seseorang itu lebih memilih berjarak. Sepertinya, rasa sayang dan keberterimaan hanya omong kosong. Ketika keberterimaan ditinggal pergi, yang terjadi adalah luka duka.

Tak ada lagi kesediaan untuk menerima.  

Kini, apakah satu hanya peribahasa? Sepertinya itu akan menjadi nyata. Karena pada akhirnya, hati tak bisa dipaksakan. Setelah tidak dengan seseorang itu, perempuan itu akan kembali sendiri.

Bukan pula, perempuan itu ingin menambah luka. Nyatanya, kepergiaan seseorang yang diharapkan itu sungguh telah menjadi riwayat luka. Mengapa, cinta yang baru tumbuh di hati perempuan itu telah memudar secepat ini? Namun, perempuan itu berusaha untuk tidak kehilangan kesadaran hati.

Dasar hati, payah. Menikmati tanpa memiliki itu rasanya sakit, ahhh. Seseorang itu datang dengan membawa penerimaan yang berujung penolakan. Ya. Setidaknya perempuan itu pernah merasa begitu bahagia bersama seseorang itu.

Perempuan itu ingin menuju entah. Membatu dan bersembunyi dari semestanya. Sebuah cara melupa ingin dilakukan, agar melupa tentang rasa sakit. Walau sebenarnya itu hanya omong kosong. Karena yang sebenarnya bisa dilakukan perempuan itu hanya menulis puisi patah hati, menulis untuk melepaskan kesesakan jiwa.

Kini, apakah satu hanya peribahasa?
Entah, karena perempuan itu masih berharap lebih. Ia masih menyemogakan seseorang itu. Ingin mencairkan keterasingan yang ada, ingin mencintai lebih. Bagi perempuan itu, sungguh tak ingin satu hanya menjadi peribahasa.

Hanya bisa meniduri sepi. Menunggu dan mau tak mau tetap menerima. Walau pada ujungnya, mungkin akan mengatakan : selamat jalan, CINTA! Selamat menjadi kenangan.

***
Rantauprapat, 05 Maret 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun