Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Februari, Jeda, Berjarak, dan Duka Hati

6 Februari 2021   00:00 Diperbarui: 6 Februari 2021   07:42 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Februari, bulan kasih sayang yang melekat pada sebagian orang. Tadinya, ia juga berharap akan merasakan kasih sayang di bulan kasih sayang ini. Tanpa direncanakan, ia malah patah hati. Lagi, ia sulit membaca waktu. Seseorang yang ia istimewakan, meminta berjarak. Barangkali juga sedikit menjauh, yang akan berujung ke mana. Mempertahankan hubungan atau memberi perpisahan. Entah.

Ada jeda yang diinginkan kekasih hati perempuan itu. Tumbuh duri dan perasaan bersalah, yang barangkali hanya mempertahankan ego. Februari pada hari yang kelima, telah menjadi duka hati untuk perempuan itu.

Tak ada perbincangan yang berenergi malam ini. Perempuan itu menganggap sepi bahkan hambar perasaan yang ia rasakan. Ingin segera beranjak dan berpaling, mengakhiri patah hati yang menggoda. Ketika Februari memberi memberi mendung di mata perempuan itu, akhirnya ia menabung air mata bersama jeda yang berjarak dan duka hati yang sulit terdefenisikan.

Jeda yang diinginkan kekasih perempuan itu menghimpit jiwanya. Ia menjadi dungu, kaku. Ia berpikir, kenapa harus membuka hati jika seperti ini. Kekasih hati yang ia pilih, telah mencuri hatinya sekaligus memberi patah hati. Ia pun tertatih di sudut malam. Tak ada yang merayu isak tangis perempuan itu. Ah, malangnya. Namun, perempuan itu paham bahwa cinta dan mencintai adalah sesuatu yang terkadang sulit dipahami.

Dengan hati-hati perempuan itu menguasai diri. Ia tak ingin tenggelam dalam samudera kesedihan karena duka hati. Perempuan itu itu masih menunggu Februari akan kembali bersemi dan mekar untuk menjadi musim semi yang indah. Dan pada suatu malam yang entah kapan, ia akan kembali tenang teduh. Tak menjadi gelembung dan kupu-kupu yang hilang arah.

***
Rantauprapat, 05 Februari 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun