Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Itu dan Tanggal Kadaluwarsa

2 Februari 2021   00:00 Diperbarui: 2 Februari 2021   00:12 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Yang perempuan itu rindukan adalah penerimaan. Penerimaan dari gandum yang ada di ladang hidupnya. Gandum yang ia harapkan menjadi air gula yang manis. Biarkan ia merindukan penerimaan itu. Sudah terlampau lama, kemalangan seolah tak kenal tanggal kadaluwarsa di dunia yang ia miliki. Harapan dan kenyataan sering sekali tak berjalan seiring.

Malam ini, masih sama bagi perempuan itu. Masih sunyi, padahal sesungguhnya ia dipenuhi suara hiruk pikuk bahkan suara tangis yang gaduh. Antara sakit atau sehat, sehat atau sakit, atau keduanya. Semua tak ada tanggal kadaluwarsa. Perempuan itu hanya manusia terbatas. Ia sengsara dan tersiksa tapi gandum itu malah menjadi lalang. Akankah duka yang sudah lama membeku dalam kerumitan perempuan itu, memiliki tanggal kadaluwarsa?

Suatu ketika, perempuan itu berpikir dalam hatinya:
Kenapa harus aku, kenapa gandum itu berbuat dan berkata begitu padanya. Hingga terkadang ia mencintai kegelapan, padahal sesungguhnya ia sangat takut terhadap kegelapan. Sampai-sampai perempuan itu mengira, hanya kemalangan yang akan ia jumpai di sisa hidupnya.

Perempuan itu sering diburu ketidakpastian yang sempurna. Keraguan dan kekhawatiran yang berlebih, kepura-puraan menjadi hal yang tak mengenal kadaluwarsa. Ah, perempuan itu membiarkan dirinya tenggelam dalam raut wajah yang sedu sedan. Merelakan diri hanyut di arus hampa.

Perempuan itu seharusnya tidak mencintai kesedihan terlalu lama hingga rasa sedih itu menjadi rasa sakit yang lupa tanggal kadaluwarsa. Sebaiknya, sebagai pendosa yang payah dan angkuh, perempuan itu mencipta catatan yang manis untuk dirinya sendiri. Dan selagi masih bernafas, kebahagiaan pun harusnya lupa tanggal kadaluwarsa dalam dunia perempuan itu.

***
Rantauprapat, 16 Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun