Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuhan, Aku, dan Balada Seorang Perempuan yang Menyukai Puisi

22 September 2020   10:59 Diperbarui: 22 September 2020   11:47 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mengenal seorang perempuan yang menyukai puisi. Perempuan yang tidak pernah memilih untuk hidup sendiri, namun kesendirianlah yang menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.

Tuhan, aku pernah membaca firman-Mu : Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri. Perempuan itu pun sudah meminta pada-Mu, tapi tak pernah perempuan itu mendapatkan jawaban atas doanya.

Perempuan itu hanya diam membisu, menerima realita hidup yang terjadi. Perempuan itu ingin berdamai dengan keadaan tapi penerimaan belum berjumpa dengan warna hatinya.

Ah, perempuan yang menyukai puisi. Kenapa kau lebih sering mengadu pada puisi. Apa kau tak berniat mencoba menjejaki kepercayaan terhadap orang lain?

Asa sang perempuan puisi telah terkuras untuk memberi kepercayaan terhadap orang lain. Perempuan itu sungguh tak kuasa, atas apa yang akan didengar dan diterima olehnya.

Perempuan itu lebih sering membasahi wajahnya dengan air mata dan menjatuhkannya ke dalam bait-bait puisi.

Warna kesunyian dan kemarahan berbisik pada hati perempuan itu, kenapa harus perempuan itu yang tidak terlahir normal dari rahim ibu yang sesungguhnya normal. Disabilitas fisik perempuan itu sandang, yang sayangnya tidak disandang sejak perempuan itu lahir.

Sungguh malang nasib perempuan itu, hanya bisa menerima tanpa penerimaan. Sudah tiga puluh dua kalender perempuan itu jalani,  perempuan itu tak tahu harus menyalahkan siapa atas keadaan hidupnya.

Oh Tuhan, aku tahu Engkau yang lebih tahu jalan hidup terbaik untuk perempuan yang menyukai puisi itu. Aku hanya ingin, perempuan itu memiliki pertemuan dengan kata kebahagiaan dalam hidupnya, walau hidupnya akan berakhir dengan KESENDIRIAN.

Aku juga berdoa pada-Mu Tuhan, perempuan itu akan lekas menerima keberadaan hidupnya dengan penerimaan yang utuh. Menabahkan hati ketika melihat kebahagiaan orang lain yang tidak akan pernah bisa dirasakan perempuan yang menyukai puisi itu.

***
Rantauprapat, 22 September 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun