Mohon tunggu...
Lusi Intani
Lusi Intani Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Seorang Guru yang masih belajar dan terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentigraf sebagai Angin Segar Pembelajaran Sastra di SMP Negeri 3 Penajam Paser Utara

23 September 2022   18:04 Diperbarui: 23 September 2022   18:16 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumen Pribadi

Banyak orang beranggapan selama ini bahwa pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan mata pelajaran yang gampang-gampang sulit. Bahkan, tidak jarang peserta didik kita menganggap remeh mengenai keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sehingga kerap kali mereka tidak terlalu antusias untuk mendalami atau menggeluti ilmu bahasa dan sastra Indonesia.

Dalam proses pembelajaran seorang guru tidak perlu kaku dan berpusat pada dirinya sendiri, tetapi peran dan keberadaan peserta didik harus dilibatkan. Guru harus menerapkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berorientasi pada karakteristik, kebutuhan, serta bakat dan minat peserta didik. 

Guru diharapkan mampu menciptakan atau mewujudkan suasana pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang inovatif, kreatif, berdaya guna, dan memberikan pengalaman bermakna. Hal ini tentunya senada dengan konsep Merdeka Belajar yang diusung pada Kurikulum Merdeka saat ini.

Porsi pembelajaran sastra memang menipis di sekolah. Porsi pembalajarn Sastra di sekolah sekitar dua puluh persen, lebih sedikit dibandingkan dengan materi kebahasaan.

Sastra itu tidak terlalu diminati oleh pelajar mulai dari SD sampai SMA karena kurikulumnya yang tidak memberikan porsi banyak kepada pembelajaran sastra. Kalaupun ada pembelajaran sastra pada kurikulum, hal itu sifatnya masih minim sehingga diperlukan interpretasi-interpretasi guru bahasa Indonesia. 

Selain faktor kurikulum, sudah selayaknya pula Guru bahasa Indonesia menambah cakrawala wawasan mengenai pembelajaran sastra sebagai bekal pengajaran sastra di sekolah.

Salah satu pembelajaran sastra pada jenjang SMP adalah Teks Cerpen. Cerpen atau cerita pendek merupakan prosa fiksi yang menceritakan tentang suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Seperti namanya, cerpen lebih sederhana daripada novel. Sering kali peserta didik menulis dengan langkah yang selalu berbeda, dan tentunya tergantung pada panjang cerita Anda (misalnya 2000-5.000 kata untuk cerita pendek) mungkin menghabiskan waktu antara 5-10 jam.

Kendala yang dihadapi peserta didik saat pembelajaran cerpen yakni peserta didik mengalami banyak kesulitan dalam belajar sastra, khususnya cerpen. Minat baca peserta didik rendah. 

Peserta didik masih enggan mencari sumber referensi. Mencari referensi dengan membaca buku-buku, media massa baik cetak maupun elektronik atau berselancar di dunia maya adalah pekerjaan yang menyebalkan bagi sebagian besar orang. Namun kebiasaan membaca perlu ditumbuhkan. Peserta didik juga kerap kali mengalami krisis ide. 

Seorang penulis profesional pun bisa saja mengalami krisis ide, apalagi bagi penulis pemula. Untuk itu peserta didik harus kreatif dalam mencari ide bahasan. Ide bisa didapat kapan saja dan di mana saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun