Mohon tunggu...
Syasha Lusiana
Syasha Lusiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku parenting CAHAYA DUNIA, Konselor, Motivator, Teacher

Pembelajar sepanjang hayat agar selalu memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Nostalgia Berkereta Api

16 Juni 2022   14:42 Diperbarui: 16 Juni 2022   14:45 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Naik kereta, selalu mengingatkan pada perjalanan puluhan tahun lalu yang dijalani, sekitar tahun 85-an.  Purwakarta -- Jakarta, hampir setiap sabtu selepas pulang Sekolah putih-abu memburu KRD (kereta rel diesel) untuk menempuh perjalanan.   Bentuk karcisnya masih mirip kartu gaple, yang apabila diperiksa kondektur di atas kereta api akan dilobangi pertanda sah sebagai penumpang asli.

Maklumlah, masa itu penumpang gelapnya banyak, karena KRD tak ubahnya pasar berjalan.  Selain harganya sangat murah dan terjangkau berbagai kalangan, stasiun kereta api juga banyak celah yang memungkinkan para penumpang gelap berjejalan, para penjaja makanan berlalu lalang.

Beruntunglah naik di stasiun pertama sehingga penumpang belum terlalu berjejalan, dan ketika setiap stasiun disambangi barulah penumpang semakin sesak, baru akan terasa agak longgar lagi apabila sudah mulai mendekati tujuan.

Salahsatu penjaja asongan yang sering berada di kereta adalah penjual jeruk, dia naik di salah satu stasiun sambil membawa sekarung penuh jeruk, kemudian dia menuangkan jeruknya di tempat kecil lalu dijajakan dari gerbong ke gerbong.  Teriakan pertamanya " Jeruk...jeruk...seribu tiga...seribu tiga"  beberapa menit kemudian akan berubah lagi " Jeruk...jaruk...seribu lima...seribu lima...."  Semakin mendekati stasiun dan dagangan jeruknya semakin berkurang, penawaran akan meningkat lagi  "Seribu sepuluh...seribu sepuluh..."  nahh... biasanya kalau sudah mulai penawaran maksimal, maka akan semakin banyak pula yang  berebutan membeli karena harganya sudah semakin murah.  Maka kereta pun akan semakin hiruk pikuk, apalagi bila terjebak langsam, maka teriakan "huuuuuuu...." Akan menggema di seluruh gerbong.

Kereta api, bagaimanapun kondisi dan pelayanannya di masa itu, tetap seringkali menjadi pilihan walaupun belum menjadi primadona, selain harganya murah, juga tidak terjebak macet kecuali bila ada kendala langsam (menunggu kereta lain lewat) yang masa itu peristiwa langsam dikenal berbau diskriminatif karena biasanya kereta murah meriah akan mengalah dengan kereta ekspress dan berkelas atau juga karena kendala lainnya.

Dari masa sekolah sampai masa kuliah bahkan mengantar Bapak ke berbagai pelosok kota sering dilakukan melalui perjalanan kereta api.  Boleh dibilang,saya lebih akrab berkendara umum kereta api dibandingkan bis.

Bahkan,ketika mendapatkan suami yang berdomisili di Jakarta dan akhirnya kami pun tinggal disana, untuk pulang menengok Bapak di Purwakarta seringkali dilakukan memakai kereta api, bahkan saat kami dikaruniai anak dua, kereta api tetap menjadi pilihan untuk mudik.

Saat ada tugas-tugas yang harus dijalani baik sendiri maupun perorangan kerap dilakukan juga dengan naik kereta.  Dari semenjak kereta masih sangat memprihatinkan sampai mengalami kemajuan pesat dari sisi pelayanan, fasilitas dan keamanan, kereta adalah transportasi umum yang menjadi pilihan.

Kini, berdua bersama kekasih tercinta mengulang kembali nostalgia berkereta, kereta yang lebih berkelas, lebih bersahaja, lebih nyaman dan aman.  Menikmati setiap momen perjalanan dan kebersamaan.   Bila saja kecanggihan teknologi sudah berkembang dari masa lalu, bukan tidak mungkin perkembangan demi perkembangan menikmati kereta api akan diabadikan, dari semenjak masa remaja sampai sekarang.

Penumpang dari Cikarang sekarang sudah dapat naik kereta ke jawa tengah di stasiun cikarang saja.  Stasiunnya sudah rapih, bagus, nyaman dan aman, beberapa petugas terlihat sigap melayani, bahkan saat harus mencetak tiket pun sudah ada petugas yang siap membantu.  Nenek-nenek seperti saya tentu sangat terbantu dengan kehadiran petugas ini.

Para preman yang dulu merajai dan menguasai stasiun sekarang sudah tak tampak lagi.  Stasiun kereta sudah jauh lebih kondusif, aman terkendali.   Fasilitas-fasilitasnya pun terlihat lebih rapih dan bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun