Mohon tunggu...
Lusia Dinda
Lusia Dinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

keep moving on

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Krisis Identitas di Balik Fenomena Klitih

2 Juni 2022   14:32 Diperbarui: 2 Juni 2022   14:43 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta selalu diharumkan namanya atas budaya yang masih kental atas adat-istiadat, aturan, dan kebiasaan yang sudah dijalankan sejak dahulu. Selain budayanya, saat ini Yogyakarta turut dikenal sebagai Kota Pelajar dikarenakan banyak pusat pendidikan yang berdiri di Yogyakarta. Namun sayang sekali, kota yang mayoritas merupakan anak muda masih bersekolah baik pada sekolah maupun pada perguruan tinggi, kian mendapat isu 'Klitih' yang menggoyahkan keharmonisan dari kota Yogyakarta menjadi cukup mencekam.

Fenomena aksi kejahatan Klitih merupakan tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh remaja. Tindakan kriminalitas yang dilakukan dapat berupa melukai bahkan hingga menghilangkan nyawa orang lain menggunakan senjata tajam. Target korban dari sang pelaku merupakan acak dan spontan yang ada di jalan terutama saat tengah malam. Berbeda dengan begal, pelaku klitih tidak merampas harta maupun barang bawaan dari korban. Perihal yang menjadi pendorong para pelaku melakukan tindakan kriminal ini perlu ditelusuri. 

Masa remaja merupakan masa dimana remaja mencari jati diri atau identitas juga masa dimana mereka berupaya untuk menunjukan eksistensi akan identitas mereka di ruang masyarakat. Bentuk dari pencarian tersebut merupakan upaya menjawab pertanyaan akan siapa diri mereka yang sebenarnya dan apa peran yang mereka bawa pada masyarakat . Dalam pencarian tersebut, banyak remaja yang merasa kesulitan seolah bingung dan kehilangan arah akan apa yang menjadi identitas yang hendak mereka pilih. 

Kebingungan ini yang disebut sebagai krisis identitas. Menurut Mulia Sari Dewi, krisis identitas remaja merupakan ketidakmampuan atau kesulitan yang dialami remaja dalam menentukan siapa dirinya, status, hal penting dan yang dibanggakan dari dirinya. 

Di lain sisi, James Marcia juga berpendapat akan Identity Diffusion, yaitu saat individu bersifat apatis untuk melakukan eksplorasi diri dan berkomitmen dalam pencarian jati diri. Identity Diffusion seringkali terlihat pada individu yang memiliki kemandirian dan harga diri yang rendah, pemalu, dengan ciri utama sulit untuk beradaptasi dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Faktor yang melatarbelakangi hal ini adalah, kurangnya peran individu dalam masyarakat, juga atas kontrol masyarakat atas tindakan yang hendak dilakukan oleh seorang. 

Pada kasus klitih, individu yang sedang merasa 'bingung' merasa dipertemukan oleh suatu kelompok yang dapat memberikan individu tersebut untuk mengekspresikan identitasnya. Sesuai dengan pernyataan Marcia, individu yang sedang bingung akan mudah terpengaruhi apabila lingkungan apabila lingkungan tersebut dapat memberikan kenyamanan dan kurang dapat berpikir rasional akan baik dan buruk dari tindakan yang hendak dilakukan. Upah dari panggung yang telah diberikan oleh kelompok tersebut adalah berupa pujian dan validasi sehingga individu tersebut merasa diberi peran pada suatu kondisi maupun lingkungan, sekalipun hal tersebut buruk. 

Akar permasalahan fenomena klitih dapat menjadi pelajaran untuk kita akan pentingnya suatu identitas. Identitas tidak hanya berupa data tertulis dan biodata objektif (nama, ciri-ciri, dan hal yang terlihat akan diri seorang) namun juga tertuang pada hal yang tidak terlihat. Identitas  diri membuahkan sebuah konsep diri, yang menjadi pusat perilaku pada individu yang juga akan menentukan pola perilaku individu dalam menghadapi lingkungan di sekitar serta cara berinteraksi dengan orang lain. Perilaku, tutur kata, cara berpikir turut menjadi hal penting dalam membentuk suatu karakter pada individu. Khususnya pada remaja, para penerus bangsa yang nantinya memiliki kendali dalam penentu arah suatu negara, masyarakat perlu turut memberikan atensi penuh pada individu yang sedang mencari identitas mereka yang belum terpenuhi. Terutama seiring berjalannya waktu norma pada masyarakat yang kian melonggar terlihat dari tindakan kriminalitas yang tinggi. Penerapan yang dapat dilakukan dalam upaya preventif maupun kuratif adalah dengan pendekatan yang kognitif pada lingkungan remaja tumbuh, berkembang, dan belajar. Bentuk atensi yang diberikan pada individu remaja tidak semata-mata hanya melakukan 'hal baik' namun juga didasari oleh alasan dan konsekuensi pada setiap tindakan yang hendak akan dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun